v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 48 - Surat Al-Ḥāqqah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)
الحاۤقّة
Ayat 48 / 52 •  Surat 69 / 114 •  Halaman 568 •  Quarter Hizb 57.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَاِنَّهٗ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ

Wa innahū latażkiratul lil-muttaqīn(a).

Sesungguhnya ia (Al-Qur’an itu) benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Makna Surat Al-Haqqah Ayat 48
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Setelah dijelaskan bahwa al-Qur'an bersumber dari Allah, kini diuraikan fungsi dari al-Qur'an dan respons manusia atas kehadirannya. Dan sungguh, Al-Qur’an itu adalah pelajaran yang amat berharga bagi orang-orang yang bertakwa.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Al-Qur’an bukanlah perkataan penyair, bukan hasil tenung tukang tenung, dan bukan pula perkataan Muhammad, tetapi adalah kalam Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Dengan Al-Qur’an itu, manusia akan beriman dan akan mendapat petunjuk dalam mengayuh bahtera kehidupannya ke pulau yang dicita-citakannya, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dari ayat ini dipahami bahwa manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, memerlukan petunjuk-petunjuk. Petunjuk itu ada yang dapat dicapai oleh akal pikiran, dan ada yang tidak. Yang dapat dicapai oleh akal pikiran ialah seperti bagaimana cara mereka hidup, mencari nafkah, menanam padi, memelihara binatang ternak, bagaimana melindungi diri dari kehujanan dan kepanasan, dan sebagainya. Ada pula petunjuk yang tidak dapat dicapai oleh akal pikiran manusia, sehingga harus ada yang menunjukkannya. Hanya Allah, sebagai pencipta, pemilik dan penguasa seluruh makhluk, yang bisa memberikan petunjuk itu. Semua petunjuk Allah itu termuat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh sunah Nabi saw, serta diberikan kepada orang berpikir. Apakah orang kafir memikirkan yang demikian itu?

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Watīn الْوَتِيْنُ (al-Ḥāqqah/69 : 46)

Kata al-Watīn terambil dari kata watana-yatinu-wutūnan atau watinatan. Kata ini memiliki makna urat atau pembuluh yang mengalir pada hati, jika pembuluh itu berhenti mengalir berarti sang pemilik hati telah mati. Kata al-watīn ada juga yang memahaminya dalam arti urat yang berhubungan dengan jantung, ada juga yang menyatakan ia adalah urat nadi yang terdapat di leher seperti yang difirmankan Allah dalam Surah Qāf/50: 16. Dari makna-makna di atas dapat disimpulkan bahwa kata al-watīn adalah sesuatu yang memiliki makna vital bagi kehidupan manusia. Dengan urat atau pembuluh tersebut, manusia bisa hidup atau mati.

Ayat ini bermaksud menyatakan bahwa seandainya Muhammad melakukan kebohongan atau mengada-ada seperti tukang ramal atau tukang tenung, niscaya dia tidak akan bertahan hidup karena Tuhan akan segera menyiksa dan membinasakannya dengan cara memotong urat tali jantungnya. Namun demikian, hal itu tidak akan terjadi karena Muhammad bukanlah seorang kāhin (tukang tenung) atau tukang ramal. Hal ini merupakan bukti bahwa apa yang beliau sampaikan adalah benar-benar wahyu dari Allah.

2. Ḥājizīn حَاجِزِيْنَ (al-Ḥāqqah/69: 47)

Kata ḥājizīn merupakan bentuk jamak dari ḥājiz yang berasal dari kata ḥajaza-yaḥjazu-ḥajzan yang berarti menghalangi/memisahkan antara dua hal, atau sesuatu yang memisahkan antara keduanya. Firman Allah: “wa ja‘ala baina al-baḥraini ḥājizān” berarti “dan Kami jadikan antara kedua laut itu pemisah”. Kota Mekah disebut dengan negeri Ḥijāz karena posisinya yang memisahkan antara kota Syam dan padang pasir (daerah pedalaman). Al-Ḥijāz juga diartikan dengan tali kekang yang menghubungkan pinggang unta ke pergelangannya. Dari beberapa pengertian di atas, lafal al-ḥājiz berkisar pada makna pembatasan, pencegahan, pengekangan, penghalangan, penahanan, dan pemisahan.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Muhammad bukanlah seorang pembohong seperti yang dituduhkan orang-orang kafir. Seandainya dia adalah tukang tenung, maka niscaya Allah akan membinasakannya dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang atau pencegah atas kehendak-Nya. Artinya, jika Allah berkehendak untuk memotong urat jantung Nabi Muhammad sehingga dia tidak akan bertahan hidup, tentu sekali-kali tidak seorang pun yang bisa mencegah atau melarang-Nya.