v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 44 - Surat Al-Ḥāqqah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)
الحاۤقّة
Ayat 44 / 52 •  Surat 69 / 114 •  Halaman 568 •  Quarter Hizb 57.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْاَقَاوِيْلِۙ

Wa lau taqawwala ‘alainā ba‘ḍal-aqāwīl(i).

Sekiranya dia (Nabi Muhammad) mengada-adakan sebagian saja perkataan atas (nama) Kami,

Makna Surat Al-Haqqah Ayat 44
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Setelah ditegaskan bahwa al-Qur'an adalah bersumber dari Allah, ayat-ayat ini memperkuat penegasan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada campur tangan sedikit pun dari Nabi Muhammad dalam menyusun isi kandungan Al-Qur'an. Dan sekiranya dia, Nabi Muhammad, mengada-adakan sebagian perkataan apalagi semua atas nama Kami, pasti Kami siksa dia dengan sangat keras

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Kedua ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad, syair, atau khayalan tukang tenung, karena tidak seorang makhluk pun yang sanggup membuat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu. Allah menegaskan bahwa seandainya Nabi Muhammad mengatakan sesuatu tentang-Nya dan mengucapkan perkataan yang dikatakannya berasal dari-Nya, padahal Ia tidak pernah menyatakan atau mengatakannya, Allah pasti pegang tangan kanannya untuk menerima hukuman dari-Nya. Bagi Allah tidaklah berat dan sukar menghukumnya dengan hukuman yang sangat besar sekalipun, karena Ia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ungkapan “memegang tangan kanan” (al-akhżu bil yamīn) dalam ayat ini merupakan ungkapan untuk suatu tindakan yang dilakukan terhadap orang yang berada di bawah kekuasaan seseorang, dengan maksud memberi hukuman kepada orang itu. Contohnya seperti seorang raja yang memberikan hukuman kepada seorang pemberontak.

Dalam ayat ini, ungkapan tersebut dipakai untuk menyatakan bahwa bagi Allah tidak ada suatu keberatan pun untuk melakukan suatu tindakan terhadap Muhammad, kalau ia mengadakan sesuatu yang tidak benar terhadap-Nya. Hal itu sebagai hukuman bagi Nabi saw, bagaimana pun beratnya hukuman itu.

Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa seandainya Al-Qur’an itu buatan Muhammad, pasti akan ditolak oleh manusia dan beliau akan gagal dalam melaksanakan dakwahnya. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, Muhammad diterima oleh orang-orang beriman karena mereka percaya akan kebenaran Al-Qur’an. Dan ternyata pula bahwa agama Islam makin hari makin berkembang.

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Watīn الْوَتِيْنُ (al-Ḥāqqah/69 : 46)

Kata al-Watīn terambil dari kata watana-yatinu-wutūnan atau watinatan. Kata ini memiliki makna urat atau pembuluh yang mengalir pada hati, jika pembuluh itu berhenti mengalir berarti sang pemilik hati telah mati. Kata al-watīn ada juga yang memahaminya dalam arti urat yang berhubungan dengan jantung, ada juga yang menyatakan ia adalah urat nadi yang terdapat di leher seperti yang difirmankan Allah dalam Surah Qāf/50: 16. Dari makna-makna di atas dapat disimpulkan bahwa kata al-watīn adalah sesuatu yang memiliki makna vital bagi kehidupan manusia. Dengan urat atau pembuluh tersebut, manusia bisa hidup atau mati.

Ayat ini bermaksud menyatakan bahwa seandainya Muhammad melakukan kebohongan atau mengada-ada seperti tukang ramal atau tukang tenung, niscaya dia tidak akan bertahan hidup karena Tuhan akan segera menyiksa dan membinasakannya dengan cara memotong urat tali jantungnya. Namun demikian, hal itu tidak akan terjadi karena Muhammad bukanlah seorang kāhin (tukang tenung) atau tukang ramal. Hal ini merupakan bukti bahwa apa yang beliau sampaikan adalah benar-benar wahyu dari Allah.

2. Ḥājizīn حَاجِزِيْنَ (al-Ḥāqqah/69: 47)

Kata ḥājizīn merupakan bentuk jamak dari ḥājiz yang berasal dari kata ḥajaza-yaḥjazu-ḥajzan yang berarti menghalangi/memisahkan antara dua hal, atau sesuatu yang memisahkan antara keduanya. Firman Allah: “wa ja‘ala baina al-baḥraini ḥājizān” berarti “dan Kami jadikan antara kedua laut itu pemisah”. Kota Mekah disebut dengan negeri Ḥijāz karena posisinya yang memisahkan antara kota Syam dan padang pasir (daerah pedalaman). Al-Ḥijāz juga diartikan dengan tali kekang yang menghubungkan pinggang unta ke pergelangannya. Dari beberapa pengertian di atas, lafal al-ḥājiz berkisar pada makna pembatasan, pencegahan, pengekangan, penghalangan, penahanan, dan pemisahan.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Muhammad bukanlah seorang pembohong seperti yang dituduhkan orang-orang kafir. Seandainya dia adalah tukang tenung, maka niscaya Allah akan membinasakannya dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang atau pencegah atas kehendak-Nya. Artinya, jika Allah berkehendak untuk memotong urat jantung Nabi Muhammad sehingga dia tidak akan bertahan hidup, tentu sekali-kali tidak seorang pun yang bisa mencegah atau melarang-Nya.