v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 8 - Surat Al-Fajr (Fajar)
الفجر
Ayat 8 / 30 •  Surat 89 / 114 •  Halaman 593 •  Quarter Hizb 60 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Makkiyah

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

Allatī lam yukhlaq miṡluhā fil-bilād(i).

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

Makna Surat Al-Fajr Ayat 8
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Itulah kota dengan bangunan-bangunan megah yang pada masanya belum pernah dibangun seperti itu megahnya di negeri-negeri lain.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah bertanya kepada Nabi Muhammad, yang maksudnya untuk memberitahukan kepada beliau atau siapa saja untuk direnungkan, tentang kaum ‘Ad. Kaum ini adalah umat Nabi Hud yang mendiami daerah yang disebut Ahqaf di daerah Hadramaut, Yaman. ‘Ad adalah nama nenek moyang mereka, ‘Ad bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka diberi nama dengan nama nenek moyang mereka itu. Mereka terkenal sebagai bangsa yang kuat dan memiliki tubuh yang tinggi, besar, dan perkasa. Bukti keperkasaan mereka adalah bahwa mereka telah mampu membangun kota yang disebut Iram dengan gedung-gedung yang kokoh, tinggi, dan megah untuk ukuran pada masa itu. Mereka juga menguasai bangsa-bangsa sekitarnya. Walaupun demikian perkasa dan memiliki peradaban yang tinggi, Allah tetap mampu menghancurkan mereka sehingga hanya tinggal nama. Semua itu akibat pembangkangan mereka kepada Allah dan kesewenang-wenangan mereka kepada manusia.

Isi Kandungan Kosakata

Irama Żātil-‘Imād الْعِمَادِ ذَاتِ اِرَمَ (al-Fajr/89: 7)

Kata-kata ini hanya terdapat dalam Surah al-Fajr/89: 7. Kata ‘imād dalam Irama żātil-‘imād secara harfiah berarti kemah yang bertiang-tiang, yakni bangunan yang tinggi. Żātul-‘imād juga telah menjadi sebutan bagi kaum ‘Ad, ras Arab sebelum kaum Samud (lihat kosakata ‘Ad dan Samud). Menurut Ibnu Kaṡīr, disebut żātul-‘imād karena mereka tinggal di rumah-rumah dari batu yang ditopang oleh tiang-tiang yang kuat, dan pada zamannya mereka termasuk orang-orang yang berperawakan tegap dan garang. Demikian juga pendapat beberapa mufasir yang lain. Ada dua periode ‘Ad, yaitu ‘Ad pertama dan ‘Ad kedua dengan menyebutkan silsilah mereka sampai kepada Nabi Nuh. Ada anggapan bahwa kata-kata żātul-‘imād merupakan suatu kesatuan kata sebagai istilah geografi Irama żātil-‘imād. Sementara Iram ialah nama kota purbakala kaum ‘Ad di Arab bagian selatan, dan mereka dikenal sebagai ahli bangunan. Umumnya mufasir berpendapat bahwa Iram nama orang, nenek moyang kaum ‘Ad. Pengertian “tiang-tiang yang tinggi” ditafsirkan sebagai sosok tubuh yang tinggi.

Dalam Tafsir Abdullah Yusuf Ali diungkapkan bahwa menurut para mufasir, Iram adalah nama eponim seorang pahlawan kaum ‘Ad, dan “tiang-tiang yang tinggi” ditafsirkan dengan “sosok tubuh yang tinggi”, dan memang sosok tubuh kaum ‘Ad tinggi-tinggi. Kawasan selatan Jazirah Arab ini pernah menjadi sangat makmur dan kaya dengan puing-puing dan prasasti-prasasti. Bagi orang Arab sendiri, daerah itu menjadi sasaran yang selalu menarik. Pada zaman muawiyah, pernah ditemukan beberapa permata dalam reruntuhan di tempat itu. Belum lama ini telah ditemukan pula perunggu kepala singa dan sebuah perunggu talang air dengan prasasti Saba’, terdapat di Najran.