يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqūlū rā‘inā wa qūlunẓurnā wasma‘ū wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm(un).
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Unẓurnā”33) dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, “Ra'ina,”² yang berarti, “Peliharalah dan jagalah kami,” kepada Rasulullah karena kata itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi untuk berolok-olok yang menyerupai kata “ra unah”, yang berarti bebal dan sangat bodoh, tetapi katakanlah, “Unzurna (Perhatikanlah kami),” dalam mempelajari agama dan dengarkanlah serta taatilah perintah-perintah Allah kepadamu dan janganlah kamu menyerupai orang-orang Yahudi yang berkata, “Kami mendengar dan kami ingkar.” Dan orang-orang kafir dari kaum Yahudi itu akan mendapat azab yang pedih akibat olokolok mereka kepada Rasulullah.
Para sahabat Nabi dilarang mengucapkan kata-kata “rā‘inā” yang biasa mereka ucapkan kepada Nabi yang kemudian ditiru oleh orang Yahudi dengan mengubah bunyinya sehingga menimbulkan pengertian yang buruk, guna mengejek Nabi.
Rā‘inā, seperti diterangkan di atas, artinya perhatikanlah kami. Tetapi orang Yahudi mengubah ucapannya, sehingga yang mereka maksud ialah ra‘ūnah yang artinya bodoh sekali, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Allah menyuruh sahabat-sahabat menukar rā‘inā dengan unẓurnā yang sama artinya dengan rā‘inā. Allah mengajarkan kepada orang mukmin untuk mengatakan unẓurnā, yang mengandung maksud harapan kepada Rasulullah saw agar dapat memperhatikan keadaan para sahabat.
Allah juga memperhatikan orang-orang mukmin untuk mendengarkan sebaik-baiknya pelajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw yang mengandung pula perintah untuk tunduk dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan Nabi, serta menjauhi larangannya. Kemudian Allah dalam ayat ini mengingatkan bahwa orang kafir, yang tidak mau memperhatikan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw akan mendapatkan siksaan yang pedih.
Rā‘inā رَاعِنَا (al-Baqarah/2: 104)
Kata rā‘inā artinya “peliharalah dan jagalah kami,” dengan maksud baik, ungkapan yang sudah biasa dipakai oleh para sahabat. Tetapi, oleh pihak Yahudi dimanfaatkan untuk berolok-olok dengan melekukkan lidah sehingga menyerupai kata ra‘ūnah, artinya “bebal”, “sangat bodoh”, dengan konotasi penghinaan. Oleh karena itu, pakailah kata unẓurna, “perhatikanlah kami,” yakni dalam belajar agama mereka meminta perhatian Nabi. Arti yang dimaksud sama hanya mengganti dengan kosakata yang mengandung konotasi lebih terhormat (an-Nisā’/4:46).
Tentu ini juga suatu pelajaran yang berlaku bagi setiap mukmin sepanjang zaman untuk berhati-hati dalam berbicara agar jelas, tidak berliku-liku dan tidak mudah percaya terhadap orang yang bermulut manis.

