وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ࣖ
Wa lau annahum āmanū wattaqau lamaṡūbatum min ‘indillāhi khair(un), lau kānū ya‘lamūn(a).
Seandainya mereka benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, seandainya mereka mengetahui(-nya).
Dan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu.
Allah swt menerangkan bahwa jika orang-orang Yahudi percaya kepada Kitab mereka dan bertakwa, tentulah mereka akan mendapat pahala yang besar. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa mereka itu dalam setiap perbuatan dan kepercayaan tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang benar, karena kalau mereka mendasarkan kepercayaan dan perbuatannya itu pada ilmu pengetahuan, tentulah mereka percaya pada Nabi Muhammad saw, dan mengikutinya, dan tentulah mereka tergolong pada orang-orang yang berbahagia. Tetapi kenyataannya mereka itu hanya mengikuti dugaan dan bertaklid semata. Sebenarnya di antara perbuatan mereka yang keterlaluan ialah mereka menyalahi isi kitab Taurat itu, dan mereka bergerak di bawah kekuasaan hawa nafsu dan kemauan mereka, sehingga mereka jatuh dalam kesesatan.
as-Siḥr اَلسِّحْرَ (al-Baqarah/2: 102)
Biasanya sihir dan sulap yang negatif berupa usaha pengelabuan penglihatan, pikiran, perasaan, atau perbuatan manusia. Ada dua macam sihir: 1) Sihir gaib (celestial magic), dihubungkan dengan berbagai macam roh yang dipercaya menguasai planet-planet dan berpengaruh terhadap alam nyata. 2) Sihir alami (natural magic), seni atau cara memanfaatkan kekuatan alam sehingga menghasilkan sesuatu yang tampak atau terasa lain, gaib, dan adikodrati (supernatural). Kepercayaan demikian, termasuk ramalan, sihir, tahayul dan semacamnya sudah ada sepanjang sejarah, baik di kalangan awam maupun terpelajar, pada zaman primitif atau pada masa sekarang. Dalam kitab-kitab tafsir, ayat ini biasa ditafsirkan beraneka macam dan dibahas panjang lebar, karena memang perlu diberi penjelasan.
Siḥr dalam bahasa Arab banyak artinya, antara lain menyihir dan menyulap mata orang banyak dengan tongkat, atau tali dan tongkat (al-A‘rāf/ 7: 116 dan Ṭāhā/20: 66) sehingga tampak seperti ular di mata atau dalam khayalan mereka (al-A‘rāf/7: 117 dan asy-Syu‘arā’/26: 32). Tetapi dalam hal ini sudah diperingatkan, bahwa perbuatan perusak kemanusiaan yang dilakukan oleh para pesihir itu tidak akan berhasil (Yūnus/10:77; Ṭāhā/20:69) karena kepercayaan kepada sihir dan praktek sihir adalah kufur dan bertolak belakang dengan keimanan tauhid. Sihir berarti juga pesona, seperti orang yang terpesona oleh suatu penampilan atau oleh retorika dalam kata-kata, seperti dalam hadis, bahwa kefasihan berbahasa atau berbicara dengan retorika sama dengan sihir (membuat pendengarnya terpesona).

