قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ
Qālud‘u lanā rabbaka yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahū yaqūlu innahā baqaratun ṣafrā'u fāqi‘ul launuhā tasurrun-nāẓirīn(a).
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi yang warnanya kuning tua, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(-nya).”
Setelah dijawab, mereka mengajukan pertanyaan lain yang berkaitan dengan warna sapi dengan berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dengan gemas dia, Musa, menjawab, Dia berfirman bahwa sapi itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya-padahal warna ini sangat sulit ditemukan-dan sapi itu mesti yang menyenangkan orang-orang yang memandang-nya.” Penjelasan ini sebenarnya semakin menyulitkan mereka, tetapi mereka belum juga puas dengan keterangan tersebut, dan masih mengajukan pertanyaan lain, seperti yang diungkap pada ayat berikutnya.
Sesudah menanyakan umur sapi itu, mereka berkata, “Terangkanlah kepada kami, bagaimana warna sapi itu.” Mereka diberi jawaban yang cukup jelas yang dapat membedakan sapi yang dimaksud. Musa mengatakan bahwa warna sapi itu kuning tua dan menyenangkan orang yang melihatnya. Tetapi mereka tidak puas dengan jawaban tersebut. Mereka terus bertanya dan menambah pertanyaan yang mempersulit diri mereka sendiri.
Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi.

