بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ اَنْ يَّكْفُرُوْا بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بَغْيًا اَنْ يُّنَزِّلَ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۚ فَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ عَلٰى غَضَبٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ
Bi'samasytarau bihī anfusahum ay yakfurū bimā anzalallāhu bagyan ay yunazzilallāhu min faḍlihī ‘alā may yasyā'u min ‘ibādih(ī), fabā'ū bigaḍabin ‘alā gaḍab(in), wa lil-kāfirīna ‘ażābum muhīn(un).
Buruk sekali (perbuatan) mereka menjual dirinya dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang menghinakan.
Mengecam perbuatan mereka yang disebutkan dalam ayat yang lalu, Allah berfirman, “Sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya, yaitu menukar kebahagiaan abadi dengan kenikmatan duniawi dengan cara mengingkari, yakni terus-menerus menutupi kebenaran, apa yang diturunkan Allah, berupa wahyu melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengingkarinya bukan karena tidak tahu kebenarannya, tetapi karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya, yaitu kenabian, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya yang paling wajar, dalam hal ini Nabi Muhammad . Karena itulah wajar jika mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan, yaitu murka Allah karena kedengkian dan karena kedurhakaan, termasuk keingkaran mereka terhadap Nabi Isa. Dan kepada orang-orang kafir ditimpakan azab yang menghinakan.”
Allah menjelaskan betapa jeleknya perbuatan mereka dan meng-ibaratkannya seolah-olah mereka menjual diri mereka sendiri. Perbuatan mereka itu berupa pengingkaran terhadap kitab yang diturunkan Allah, yang sebenarnya mereka telah mengetahui, yaitu kitab yang membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka. Dengan demikian mereka membiarkan diri mereka terjerumus dalam kekafiran, seolah-olah mereka itu menghancurkan diri mereka sendiri.
Sebagai akibat dari kedengkian mereka, mereka mengingkari kenabian Muhammad dan benci apabila dia menerima wahyu dari Allah. Mereka tidak senang Muhammad saw diangkat sebagai nabi, karena Muhammad saw keturunan Ismail, padahal mereka mengharap-harap nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu diangkat dari keturunan Ishak.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa mereka akan mendapat kemurkaan yang berlipat ganda, melebihi kemurkaan yang seharusnya diterima sebelumnya. Sebab tiada lain karena mereka di samping membangkang kepada Nabi Musa, juga mengingkari kerasulan Muhammad saw.
Kemudian Allah menerangkan akibat dari kekafiran mereka yaitu mereka mendapat siksaan yang menyeret mereka ke lembah kehinaan dan kenistaan baik di dunia maupun di akhirat. Siksaan mereka di dunia ialah mereka akan berada dalam lembah kehinaan dan terbelenggu dalam rantai kenistaan. Sedang siksaan mereka di akhirat ialah mereka akan mengalami siksaan yang kekal di dalam neraka Jahanam.
Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُ مْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus.

