v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 101 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 101 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 15 •  Quarter Hizb 2.25 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَۙ كِتٰبَ اللّٰهِ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ كَاَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۖ

Wa lammā jā'ahum rasūlum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma‘ahum nabaża farīqum minal-lażīna ūtul-kitāb(a), kitāballāhi warā'a ẓuhūrihim ka'annahum lā ya‘lamūn(a).

Setelah datang kepada mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung (tidak menggubrisnya) seakan-akan mereka tidak tahu.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 101
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang Yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni Nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang Yahudi yang diberi Kitab Taurat melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ketika Nabi Muhammad saw datang dengan membawa kitab yang membawa keterangan-keterangan yang membenarkan kitab Taurat yang ada pada mereka, yang mengandung pokok-pokok ajaran tauhid, dasar-dasar hukum, hikmah-hikmah dan berita tentang umat yang lalu, orang Yahudi mengenyampingkan ajaran kitab Taurat. Padahal dalam kitab Taurat itu juga telah diisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad saw, mereka itu tidak lagi berpegang pada ajaran Taurat. Tindakan orang-orang Yahudi yang mengenyampingkan Taurat dan mengingkarinya berarti mereka telah melemparkan Taurat itu ke belakang mereka, sehingga mereka tidak dapat mengetahuinya lagi.

Isi Kandungan Kosakata

Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97)

Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis).

Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli.

Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17).

Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).