v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 99 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 99 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 15 •  Quarter Hizb 2.25 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۚ وَمَا يَكْفُرُ بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ

Wa laqad anzalnā ilaika āyātim bayyināt(in), wa mā yakfuru bihā illal-fāsiqūn(a).

Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Nabi Muhammad), dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 99
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang Yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi Tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang Yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh Kami, dengan menugaskan Jibril, telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah swt menerangkan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw mengandung kebenaran, karena antara teori-teori i‘tiqādiyah-nya dengan dalil-dalilnya terdapat keserasian, demikian pula antara hukum-hukumnya yang bersifat amali dengan segi-segi kemanfaatannya. Tidak diperlukan dalil lain untuk membuktikan kebenaran ayat-ayat itu. Ia laksana cahaya yang menyinari segala sesuatu, yang terang benderang dengan sendirinya, tidak memerlukan sesuatu pun untuk membantu kecerahannya. Orang-orang yang telah dipancari kebenaran, tetapi lebih suka mencari kegelapan, sebabnya tiada lain karena hasad pada orang yang menampakkan hak, juga karena sifat congkak dan sombong yang timbul dari mereka.

Isi Kandungan Kosakata

Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97)

Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis).

Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli.

Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17).

Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).