v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 45 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 45 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 7 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

Wasta‘īnū biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh(ti), wa innahā lakabīratun illā ‘alal-khāsyi‘īn(a).

Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 45
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil, sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.

Yang dimaksud dengan “sabar” di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:

1. Tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.

2. Dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.

3. Dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. Melakukan salat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak. Salat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari.

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى (رواه أحمد)

“Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat”. (Riwayat Aḥmad).

Melakukan salat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:

وَجُعِلَ ْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِى الصَّلاَةِ (رواه أحمد و النسائي)

“Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam salat” (Riwayat Aḥmad dan an-Nasā’ī).

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan salat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.

Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya.

Isi Kandungan Kosakata

Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)

Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak.