v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 61 - Surat Al-‘Ankabūt (Laba-Laba)
العنكبوت
Ayat 61 / 69 •  Surat 29 / 114 •  Halaman 403 •  Quarter Hizb 41 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗفَاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

Wa la'in sa'altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa sakhkharasy-syamsa wal-qamara layaqūlunnallāh(u), fa'annā yu'fakūn(a).

Jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan,” pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Maka, mengapa mereka bisa dipalingkan?

Makna Surat Al-‘Ankabut Ayat 61
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Usai menjelaskan janji dan ancaman-Nya, Allah kemudian beralih menegaskan bahwa seandainya orang kafir mau menggunakan akal budinya, pasti mereka akan mengakui eksistensi dan keesaan Allah. Dan sungguh, jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan supaya selalu berada di garis edarnya dan tidak saling mendahului?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan dari kebenaran, padahal bukti-bukti tentang wujud keesaan Allah sedemikian jelas?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa kaum musyrik mengakui bahwa yang menciptakan langit dan bumi itu adalah Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menundukkan matahari dan bulan untuk kepentingan manusia. Pengakuan mereka itu adalah suatu hal yang wajar karena pada mulanya nenek moyang mereka beragama tauhid, yaitu, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pada mulanya mereka bangga dengan agama tauhid itu, sehingga mereka tidak tertarik dengan agama Yahudi dan Nasrani yang berkembang di Jazirah Arab. Seiring dengan berlalunya masa dan bergantinya generasi, tanpa mereka sadari agama tauhid yang murni itu sedikit demi sedikit telah dimasuki oleh unsur-unsur syirik. Karena memperturutkan perasaan dan hawa nafsu, mereka makin lama makin jauh menyimpang dari dasar semula. Akhirnya, mereka menyembah patung, jin, dan benda-benda lain di samping menyembah Allah.

Sekalipun kepercayaan yang mereka anut telah jauh menyimpang dari agama tauhid, namun mereka masih tetap mengakui bahwa mereka menganut agama Ibrahim. Kalau ditanyakan kepada mereka tentang siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan, mereka menjawab, “Yang menciptakan ialah Allah dan Allah-lah yang menguasainya.”

Isi Kandungan Kosakata

Lā Ya‘qilūn لاَيَعْقِلُوْن َ (al-‘Ankabūt/29: 63).

Kata lā ya‘qilūn dalam kitab suci Al-Qur’an disebutkan berulang-ulang. Secara harfiah lā ya‘qilūn artinya “mereka tidak mengerti.” Kata dasarnya adalah ‘ain-qaf-lam yang artinya ikatan. ‘Iqal ba‘ir artinya ikatan yang ada pada leher unta. Dari sini kata akal muncul. Orang yang berakal adalah orang yang mengikat dirinya untuk tidak berbuat buruk.

Pada ayat di atas, ketika orang kafir Mekah ditanya tentang siapa yang menurunkan air hujan yang telah menyuburkan bumi setelah matinya, mereka menjawab bahwa Allah yang menurunkannya. Jawaban mereka belum menunjukkan jawaban atas dasar akidah tauhid karena pada umumnya mereka masih menyembah patung, berhala, dan benda-benda lain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, jawaban mereka masih dikategorikan belum benar, yakni jawaban yang tidak berdasarkan akidah tauhid. Mereka tetap dikategorikan sebagai lā ya‘qilūn, sebagian mereka tidak mengerti dan belum menampilkan tauhid yang sesungguhnya. Mereka masih terjebak oleh apa yang disebut syirik at-taqrīb, yaitu syirik yang disebabkan oleh pelaksanaan ibadah yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi masih melalui penyembahan kepada berhala.