ثُمَّ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيٰىۗ
Ṡumma lā yamūtu fīhā wa lā yaḥyā.
Selanjutnya, dia tidak mati dan tidak (pula) hidup di sana.
Selanjutnya, dia yang celaka dan kafir itu di neraka sana tidak akan mati, tidak memperoleh kesempatan sejenak pun untuk lepas dari siksa, dan tidak pula hidup dengan nyaman. Telah menjadi ketentuan Allah bahwa semua penghuni surga dan neraka tidak akan mati selamanya.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka itu menjalani siksaan yang tidak ada habis-habisnya. Mereka merasakan sakit yang tidak ada batasnya, tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Allah berfirman:
وَالَّذِ يْنَ كَفَرُوْا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَۚ لَا يُقْضٰى عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوْا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِّنْ عَذَابِهَاۗ كَذٰلِكَ نَجْزِيْ كُلَّ كَفُوْرٍ ۚ
Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. (Fāṭir/35: 36)
Al-Asyqā الاَشْقَى (al-A‘lā/87: 11)
Artinya orang yang paling celaka. Akar kata dari kalimat ini adalah (syīn-qāf-huruf ‘illat). Kata jadiannya (maṡdar-nya) ialah: syiqwah ikut wazan riddah-syaqāwah ikut wazan sa’ādah-syaqā’. Arti dari kata dasar ini adalah kemalangan, kesengsaraan, kesukaran (al-mu‘ānāt) lawan dari kemudahan dan kebahagiaan. Rajul syaqiyy adalah seorang yang celaka, malang dan sengsara. Adanya lām ta‘rīf (al) pada kalimat ini mempunyai arti bahwa orang tersebut betul-betul celaka. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang tidak mau mendengarkan peringatan dari nabi akan celaka.

