v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 1 - Surat Al-Mu'minūn (Orang-Orang Mukmin)
المؤمنون
Ayat 1 / 118 •  Surat 23 / 114 •  Halaman 342 •  Quarter Hizb 35 •  Juz 18 •  Manzil 4 • Makkiyah

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ

Qad aflaḥal-mu'minūn(a).

Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin.

Makna Surat Al-Mu'minun Ayat 1
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sungguh, pasti beruntung orang-orang mukmin yang telah mantap imannya dan terbukti dengan mengerjakan amal-amal saleh. Orang yang demikian itu ialah orang yang khusyuk dalam salatnya, yakni tumakninah, rendah hati, fokus, serta menyadari dengan sepenuuhnya bahwa dia sedang menghadap Sang Penciptanya (Lihat juga: al-Baqarah/2: 4546).

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Kelompok pertama dari Surah al-Mu’minūn berisi tentang tujuh sifat mulia: Beriman kepada Allah dan rukun iman yang enam. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa sungguh berbahagia dan beruntung orang-orang yang beriman, dan sebaliknya sangat merugi orang-orang kafir yang tidak beriman, karena walaupun mereka menurut perhitungan banyak mengerja-kan amal kebajikan, akan tetapi semua amalnya itu akan sia-sia saja di akhirat nanti, karena tidak berlandaskan iman kepada-Nya.

Isi Kandungan Kosakata

1. Aflaḥa أَفْلَحَ (Al-Mu’minūn/23: 1)

Aflaḥ ( أفلح ) artinya sukses bisa mencapai yang diinginkan. Kata aflaḥa terambil dari akar kata ف ل ح , artinya membelah, dari sini petani disebut الفلاّح (al-fallāḥ), karena dia mencangkul untuk membelah tanah untuk ditanami benih, benih ini akan tumbuh dan memberi hasil yang sangat diharapkan, dari sini maka memperoleh apa yang diharapkan juga dinamai al-falāḥ.

Layak diperhatikan penamaan al-fallāḥ pada petani dan kaitannya dengan kesuksesan memberi kesan bahwa suatu perbuatan baik membutuhkan proses dan waktu yang panjang dan juga usaha keras sampai tiba waktu menuai hasil. Tanpa usaha keras dan waktu yang panjang, kesuksesan sulit dicapai.

2. Khāsyi’ūn خَاشِعُوْنَ (al-Mu’minūn/23: 2)

Khāsyi’ūn (خاشعون) artinya orang-orang yang khusyuk. Terambil dari kata خ ش ع , berarti tenang atau tunduk (الخضوع). Namun menurut Ibnu Faris tunduk digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyuk digunakan pada suara (Ṭāhā/20:108 وخشعت الأصوات ) dan pandangan (al-Qalam/68: 43 خاشعة أبصارهم).

Al-Aṣfahānī menafsirkan khusyū’ dengan ضراعة artinya diam. Khusyū’ digunakan untuk ketenangan anggota tubuh, sedangkan الضراعة digunakan untuk ketenangan hati (al-Isrā’/17: 109 ويزيدهم خشوعا).

Pepatah mengatakan إذا ضرع القلب خشعت الجوارح , jika hati sudah khusyuk maka anggota tubuh diam, tidak bergerak.

Dari dua definisi ini dapat dipahami bahwa khusyuk dalam ayat ini adalah kesan khusus dalam hati orang yang sedang menunaikan salat dengan mengerahkan seluruh pikiran dan isi hatinya pada bacaan salat dan mengabaikan hal-hal selainnya.

Sementara itu ulama mengatakan bahwa khusyuk yang dimaksud dalam ayat ini adalah rasa takut jangan sampai salat yang dilakukannya tertolak. Rasa takut ini antara lain ditandai dengan ketundukan mata ke tempat sujud. Rasa takut itu bercampur dengan kesigapan dan kerendahan hati serta harapan agar salatnya diterima.