قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru'yāka ‘alā ikhwatika fa yakīdū laka kaidā(n), innasy-syaiṭāna lil-insāni ‘aduwwum mubīn(un).
Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia.”
Kemudian dia–Nabi Yakub–berkata kepada putranya, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu. Aku khawatir apabila mereka tahu, mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakan-mu karena kedengkian mereka. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia karena terus berupaya memunculkan rasa permusuhan di antara sesama.”
Oleh sebab itu, Nabi Yakub a.s. berkata kepada anaknya, “Hai anakku, jangan sekali-kali engkau beritahukan apa yang engkau lihat dalam mimpi itu, karena kalau mereka sampai mengetahuinya, mereka akan mengerti ta’bir mimpi itu dan mereka akan iri dan dengki terhadapmu. Aku melihat bahwa mimpi itu bukan sembarang mimpi. Mimpimu itu adalah sebagai ilham dari Allah bahwa engkau di belakang hari akan menjadi orang besar serta berpengaruh, dan manusia akan tunduk patuh kepadamu termasuk saudara-saudaramu dan aku serta ibumu. Aku tidak dapat menjamin bahwa saudara-saudaramu tidak akan melakukan tindakan-tindakan buruk terhadapmu.”
Nasihat ayahnya itu disadari sepenuhnya oleh Yusuf dan selalu diingat dan dikenangnya sehingga nanti pada akhir kisah ketika ia telah dapat bertemu dengan seluruh keluarganya, ia tetap mengatakan bahwasanya setanlah yang memperdaya saudara-saudaranya sehingga terputus hubungan antara dia dengan keluarganya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan dia (Yusuf) berkata, ”Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Yūsuf/12: 100)
Yūsuf يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Surah Yūsuf ini dalam Al-Qur’an seluruhnya mengenai kisah Yusuf ‘alaihissalam, surah yang paling terinci, berisi kisah kehidupan Nabi Yusuf dan terjalin saksama sejak masa muda sampai waktu ia menduduki kedudukan penting dalam kerajaan Fir‘aun. Kisah ini merupakan yang terindah (Yūsuf/12: 3) dan utuh serta banyak mengandung pelajaran akhlak.
Dari segi silsilah, Yusuf anak Yakub (Ya`qūb) anak Ishak anak Ibrahim. Nama Yusuf disebutkan 26 kali dalam Al-Qur’an, 24 kali dalam Yūsuf/12, satu ayat dalam surah al-An`ām/6 dan satu ayat dalam surah Gāfir/40. Kisahnya di dalam Al-Qur’an dimulai (Yūsuf/12: 4) dari ketika ia berkata kepada ayahnya yang sudah tua, bahwa dia bermimpi melihat sepuluh bintang berikut matahari dan bulan yang sujud kepadanya. Ayahnya berpesan agar ia tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, khawatir mereka akan tergoda oleh setan dan memperdayakannya. Dari sini datang drama perjalanan hidupnya.
Menurut Perjanjian Lama (Kejadian 25-36) Yakub adalah saudara kembar Esau. Yakub menjadi kesayangan ibunya Ribka, putri Betuel orang Aram dari Padan-Aram, Suria, dan Esau adalah kesayangan bapanya. Yakub dan Esau menurunkan dua bangsa. Karena Ishak hanya mendoakan Yakub, maka Esau marah dan dendam kepada Yakub. Ibunya khawatir Yakub akan dianiaya, disuruhnya ia pergi kepada Laban pamannya di Padan-Aram.
Istri Ishak orang Aram dari Padan-Aram dan istri-istri Yakub juga dari Padan-Aram (Kej. 25. 20). Ia bekerja kepada pamannya dengan imbalan akan dikawinkan kepada Rahel, tetapi nyatanya dikawinkan kepada Lea yang tidak dicintainya. Yakub marah, karena merasa ditipu. Untuk mengawini Rahel, kata Laban, Yakub harus bekerja kepadanya tujuh tahun lagi, sebab di tempat itu tidak biasa orang mengawinkan adik lebih dahulu sebelum kakaknya. Di samping itu ia juga kawin dengan kedua budak perempuan Laban, Bilha dan Zilpa. Dari mereka ini lahir semua anaknya di Aram, kecuali Benyamin. Yakub membawa kekayaan dalam jumlah besar ketika kemudian pindah ke Palestina, dan sebagian diberikan kepada saudaranya, karena ia khawatir dianiaya. Sejak itu Esau bersikap baik kepadanya.
Yusuf adalah salah seorang dari kedua belas orang bersaudara, tetapi hanya Yusuf dan Benyamin yang sebapa dan seibu, Rahel putri Laban yang amat cantik. Yusuf yang dikenal tampan mungkin diturunkan dari neneknya Sarah atau dari ibunya Rahel. Saudara-saudaranya yang lain berlainan ibu. Seperti cintanya kepada Rahel istrinya, Yakub juga sangat mencintai Yusuf, sehingga wajar saja jika timbul iri hati di antara saudara-saudaranya yang lain. Oleh karena itu mereka berunding dengan sesama mereka, lalu berkomplot hendak membinasakan Yusuf. Mereka meminta izin kepada ayahnya hendak mengajak Yusuf bermain dan mereka berjanji akan menjaganya. Setelah terjadi dialog sebentar, mereka diizinkan membawanya. Tetapi sore hari, mereka sudah kembali menemui Yakub sambil menangis dengan mengatakan bahwa saat mereka bermain dan berlomba seekor serigala tiba-tiba menerkam Yusuf dengan membawa pulang bajunya yang sudah berlumuran darah palsu sebagai bukti. Naluri Yakub sebagai seorang ayah sudah merasa bahwa mereka berbohong dengan cerita yang dibuat-buat.
Di kalangan para mufasir ada yang menyebutkan bahwa setelah itu ada sebuah kafilah yang datang dari Madyan menuju Mesir membawa barang dagangan. Kafilah itu mengutus orang ke tempat yang ada air dan mereka akan berkemah di dekatnya. Setelah menurunkan timbanya, orang itu terkejut gembira karena melihat ada anak muda rupawan yang ikut terbawa ke luar. Selanjutnya Yusuf cepat-cepat dijual dengan harga murah dan dibeli oleh orang dari Mesir, yaitu al-’Azīz, seorang pejabat tinggi istana, yang biasa disebut Potifar seperti dalam Bibel. Ada mufasir yang mengatakan bahwa penguasa Mesir waktu itu ar-Rayyan bin al-Walid dari suku Amaliq dalam dinasti Hyksos, ada yang mengatakan Fir‘aun. (yang benar raja, sebab Al-Qur’an menyebut malik, sedang terhadap Fir‘aun, Al-Qur’an selalu menyebut namanya saja, Fir‘aun). Yusuf mendapat tempat dalam hati tuan rumah suami istri. Ia diberi kekuasaan penuh dalam urusan rumah tangga. Yusuf telah mendapat hidayah, taufik, dan pendidikan dari Allah, dan setelah mencapai usia dewasa, Allah menganugerahkan kearifan dan ilmu yang luas kepadanya (Yūsuf/12: 21-22). Mungkin ini suatu persiapan menjadi nabi. Ketika meninggalkan Kanaan, Yusuf masih dalam usia remaja yang bersih, antara tujuh belas atau delapan belas tahun.
Dari waktu ke waktu keberadaan Yusuf dalam rumah itu diam-diam telah menanamkan cinta birahi dalam hati istri al-’Azīz, yang oleh sebagian mufasir biasa disebut Zulaikha atau Zalikha, nama fiktif, ciptaan khayal penyair. Tampaknya kerupawanan Yusuf telah menjadi ujian berat baginya. Yusuf hampir tergoda, “kalau tidak segera ia melihat tanda kesaksian Tuhannya” (Yūsuf/12: 24). Bagaimanapun dirayu oleh perempuan yang dilukiskan orang sangat cantik itu, Yusuf tidak tergoda. Dan yang kemudian terjadi sebaliknya. Untuk membalas dendam perempuan itu kemudian mengadu kepada suaminya bahwa anak muda itu menggodanya dan mau memperkosanya. Yusuf dengan sikapnya yang jujur meminta al-’Azīz menyelidiki peristiwa ini, dan kebetulan yang menjadi saksi kunci sepupu istri al-’Azīz sendiri. Ia mengatakan, bahwa jika baju Yusuf sobek di bagian depan, Yusuflah yang bersalah, dan jika yang sobek di bagian belakang, maka istri al-’Azīz yang curang, karena dialah yang mengejar Yusuf. Kenyataannya memang baju Yusuf sobek di bagian belakang, dan perempuan itu pun mengaku. Al-’Azīz menyalahkan istrinya dan dimintanya bertobat dan dimintanya kepada Yusuf merahasiakan peristiwa itu (Yūsuf/12: 23-29). Tetapi untuk menjaga nama keluarga al-’Azīz, seolah ada jalan keluar dengan memenjarakan Yusuf untuk sementara. Buat Yusuf hal ini bukan masalah. Lebih baik dia dipenjarakan daripada berbuat dosa. Nama baik Yusuf sudah dapat dipertahankan, sesudah itu tidak perlu ia merasa malu dimasukkan ke dalam penjara. Bahkan justru di penjara, ia dapat berdakwah tauhid dan berhasil. Dia juga dihormati di penjara karena ia dapat menafsirkan mimpi, sehingga ia kemudian diminta oleh raja untuk menafsirkan mimpinya. Raja begitu senang kepada Yusuf, karena telah menyelamatkan negerinya dari bahaya kelaparan. Oleh raja ia diberi kekuasaan penuh. Dalam Kitab Kejadian, Fir‘aun mengawinkan Yusuf dengan Asnat, putri Potifera, imam On.
Diawali dengan keadaan negeri Kanaan yang dilanda kekeringan dan serombongan orang Kanaan berdatangan ke Mesir setelah mendengar negeri itu sekarang sudah subur, tanpa mereka ketahui siapa orang di balik itu, sesudah itu orangtua Yusuf dan saudara-saudaranya dapat berkumpul kembali dalam istana Yusuf di Mesir.
Surah Yūsuf yang terdiri dari 111 ayat hakikatnya merupakan kisah keluarga Yakub. Membaca kisah dalam surah ini, kita seperti membaca sebuah novel rohani yang begitu agung, dengan alur cerita yang memikat diseling dengan peristiwa-peristiwa yang kadang sangat mengharukan, kadang ada kejadian tiba-tiba dan mengejutkan di luar dugaan disertai trik-trik yang manis, dijalin dengan jalan bahasa yang begitu indah.

