ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ
Ṡumma ya'tī mim ba‘di żālika sab‘un syidāduy ya'kulna mā qaddamtum lahunna illā qalīlam mimmā tuḥṣinūn(a).
Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah tujuh tahun masa subur itu berlalu, akan datang tujuh tahun musim kemarau yang sangat sulit. Masa sulit yang akan berlalu nanti kamu akan menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya berupa bahan makanan pokok, kecuali sedikit dari apa yang kamu simpan pada masa subur itu.
Sehabis masa yang makmur itu akan datang masa yang penuh kesengsaraan dan penderitaan selama tujuh tahun pula. Pada waktu itu ternak habis musnah, tanaman-tanaman tidak berbuah, udara panas, musim kemarau panjang. Sumber-sumber air menjadi kering dan rakyat menderita kekurangan makanan. Semua simpanan makanan akan habis, kecuali tinggal sedikit untuk kamu jadikan benih.
Aḍgāṡu Aḥlām اَضْغَاثُ اَحْلاَمٍ (Yūsuf/12: 44)
Aḍgāṡu bentuk jamak, mufradnya ḍigṡ. Diartikan dengan mimpi-mimpi yang kosong. Kata ḍigṡ pada mulanya adalah kumpulan bermacam-macam rumput dalam satu ikatan. Mimpi yang kosong dikatakan ḍigṡ karena bercampur dan tidak beraturan. Sementara aḥlām bentuk jamak dari ḥulm atau hulum yang artinya mimpi. Akar kata dari (ح – ل – م) menurut Ibn Fāris dikembalikan pada tiga arti yang berbeda. Pertama, lawan dari sembrono, bertindak semrawut tidak beraturan. Ḥalīm adalah orang yang mampu mengendalikan kemarahannya. Orang yang mencapai usia akil balig disebut ḥulum karena orang tersebut sudah semestinya menjadi arif bijaksana, tenang, tidak bertindak serabutan seperti halnya anak kecil. Kedua, berlubang. Ketiga, mimpi.

