- Fakta
- Biografi
- Penjelasan
- Komentar
- Lahir di Vienna dalam keluarga Yahudi kelas menengah yang terdidik dan tidak religius.
- Mulai menulis dan menerjemahkan karya sastra sejak usia muda, serta menyelesaikan doktor pada 1904.
- Aktif sebagai penulis, jurnalis, dan biografer dengan gaya psikologis yang intuitif.
- Menentang perang dan radikalisme melalui karya drama dan esai, serta berperan dalam perdamaian pasca Perang Dunia I.
- Berpergian dan berinteraksi secara internasional, mendapatkan pengakuan karya di berbagai negara, termasuk Uni Soviet dan Rusia.
- Mengungsi dari Eropa akibat Nazi, menetap di Inggris dan Amerika Latin, dan berjuang melawan depresi sebelum mengakhiri hidupnya di Brasil.
- Karya terkenalnya meliputi biografi, cerita pendek, esai, dan karya dramatis yang penuh humanisme dan kedalaman psikologis.
Stefan Zweig tumbuh besar dalam keluarga Yahudi kelas menengah yang terdidik di Vienna. Meskipun keluarganya tidak religius, ia mendapatkan pendidikan dari Wasagymnasium dan mulai menulis puisi sejak masa sekolahnya, terinspirasi oleh penulis seperti Hugo von Hofmannsthal dan Rainer Maria Rilke.
Pada 1901, Zweig menerbitkan buku puisinya yang pertama berjudul Silberne Saiten. Ia juga mulai menerjemahkan karya-karya dari penulis Prancis dan menyelesaikan doktor di bidang German dan Romance studies pada 1904. Selama 1910-an, ia melakukan perjalanan ke berbagai negara di Eropa, berinteraksi dengan sesama penulis dan artis melalui surat-menyurat.
Hasil karya awalnya mencakup puisi, cerita, dan biografi, serta pendekatan psikologis yang intuitif. Saat Perang Dunia I meletus, Zweig mendaftar sebagai relawan dan bekerja di bidang propaganda perang hingga 1917. Ia menulis drama Jeremiah untuk menyatakan penolakan terhadap perang, yang dipentaskan di Zurich pada 1918.
Setelah perang berakhir, Zweig menetap di Salzburg dan berusaha membangun aliansi spiritual di Eropa, menentang radikalisasi nasionalisme melalui kuliah dan esai. Ia juga aktif sebagai jurnalis untuk Neue Freie Presse, menyuarakan pandangan netral dan keprihatinan sosialnya.
Pada 1920-an, Zweig menulis karya penting seperti Fear, The Compulsion, dan beberapa esai tentang tokoh dunia dan seniman besar, termasuk *Star Hours of Humanity* yang sukses secara internasional. Ia juga sukses di dunia teater dengan adaptasi Volpone.
Pada 1928, Zweig melakukan perjalanan ke Uni Soviet dan mendapatkan penerbitan Arbeit di sana berkat dukungan Maxim Gorki. Pada masa yang sama, karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia. Ketika Nazi berkuasa di Jerman dan Austria, Zweig melarikan diri ke London dan kemudian ke Amerika.
Di masa pengasingan, Zweig menulis karya seperti Impatience of the Heart. Ia mendapat kewarganegaraan Inggris pada 1940, tetapi tetap merasa terasing dari Eropa yang sedang mengalami perang dan kekacauan. Ia kemudian berpindah ke Amerika Latin, tinggal di Argentina dan akhirnya di Brasil, di mana ia mengalami depresi yang mendalam.
Stefan Zweig akhirnya memilih mengakhiri hidupnya pada 22 Februari 1942 di Petrópolis, Brasil. Karyanya yang terkenal, The World of Yesterday, diterbitkan secara anumerta pada 1944 dan menjadi warisan penting tentang masa lalu Eropa yang hilang.
- Stefan Zweig tumbuh besar dalam keluarga Yahudi kelas menengah yang terdidik di Vienna.: Menyiratkan latar belakang sosial dan budaya Zweig yang mempengaruhi karya dan pandangannya.
- Menentang perang dan radikalisme melalui karya drama dan esai, serta berperan dalam perdamaian pasca Perang Dunia I.: Mencerminkan komitmen Zweig terhadap perdamaian dan manusiawi, yang menjadi tema penting dalam hidup dan karya-karyanya.
- Karya terkenalnya meliputi biografi, cerita pendek, esai, dan karya dramatis yang penuh humanisme dan kedalaman psikologis.: Menunjukkan keberagaman dan kedalaman karya Zweig yang mengupas aspek manusia dengan penuh empati dan refleksi psikologis.
- The World of Yesterday: Autobiografi terkenal Zweig yang mengisahkan tentang kehidupan di Eropa sebelum perang dan kehilangan budaya lamanya.
- Impatience of the Heart: Salah satu karya Zweig yang ditulis selama pengasingan, mengungkapkan keputusasaan dan kerinduannya terhadap Eropa.