
- Fakta
- Biografi
- Penjelasan
- Komentar
- Lahir di Austria dan menghabiskan masa kecil di Carinthia dan Berlin.
- Memulai karier sebagai penulis profesional setelah menerbitkan novel perdana "The Hornets" (1966).
- Karya terkenal: "Kaspar" (1968) yang membahas pengaruh bahasa terhadap manusia.
- Aktivisme politik kontroversial, termasuk kunjungan ke Slobodan Milosevic dan partisipasi dalam pemakaman tahun 2006.
- Penghargaan bergengsi: Nobel Sastra 2019 dan Hadiah Teater Nestroy 2018.
- Karya yang berfokus pada kritik terhadap bahasa dan pencarian makna diri dan dunia.
- Pindah-pindah tempat tinggal di Austria, Jerman, dan Prancis; tinggal di Paris sejak 1991.
Peter Handke lahir di Austria dan menghabiskan sebagian masa kecil di Carinthia dan Berlin. Ia belajar di Tanzenberg dan menyelesaikan pendidikan menengah di Klagenfurt. Setelah lulus, ia memulai studi hukum di Graz dan bergabung dengan grup sastra "Forum Stadtpark". Pada tahun 1966, karya pertamanya, "The Hornets", diterbitkan dan ia memutuskan menjadi penulis profesional.
Handke sering berpindah tempat tinggal di antara Jerman, Austria, dan Prancis. Sejak 1991, ia tinggal di Chaville dekat Paris. Ia aktif bersuara dalam diskusi politik tentang perang di Kosovo dan perpecahan Yugoslavia, yang memicu kontroversi publik.
Karya awalnya berfokus pada kritik terhadap bahasa dan cara persepsi melalui bahasa, mengutip pengaruh Brecht dan penulis kontemporer. Karya pentingnya termasuk "Kaspar" (1968), yang menyoroti pengaruh bahasa terhadap determinasi manusia.
Seiring waktu, Handke mulai menulis cerita dengan pendekatan naratif tradisional, seperti "The Goalkeeper's Fear of the Penalty Kick" (1970), sekaligus membahas hubungan diri dan dunia, seperti dalam "The Short Letter to the Long Farewell" (1972). Ia juga menulis karya autobiografi dan puisi, termasuk tetralogi "Long Homecoming".
Dalam karya akhirnya, Handke mengeksplorasi proses penciptaan dan refleksi tentang menulis, seperti dalam "My Year in Nobody's Bay" (1994). Ia juga mengkritik realisme dalam sastra dan memperjuangkan kebebasan berekspresi, sering menulis tentang pengalaman pribadi dan politiknya.
Kontroversi menyertai perjalanan kariernya, terutama terkait kunjungan ke penjara Milosevic dan partisipasinya dalam pemakaman Milosevic tahun 2006. Ia sempat menolak Hadiah Heinrich Heine karena kekhawatiran terhadap politik lokal. Pada 2018, Handke menerima Hadiah Teater Nestroy dan kemudian meraih Nobel Sastra tahun 2019 sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam sastra dunia.
- Kaspar: Karya penting yang membahas pengaruh bahasa dalam menentukan identitas dan persepsi manusia, terinspirasi dari Kaspar Hauser.
- Group 47: Kelompok sastra Jerman yang terkenal karena diskusi dan karya-karya inovatif mereka di era pasca-Perang Dunia II.
- Milosevic: Slobodan Milosevic, mantan Presiden Serbia yang diadili karena kejahatan perang di Pengadilan Internasional, menjadi tokoh penting dalam kontroversi politik Handke.
- Heinrich Heine Prize: Penghargaan sastra Jerman yang diberikan kepada penulis dan penyair terkemuka. Handke menolaknya karena kekhawatiran politik.
- Nobel Sastra: Penghargaan tertinggi dalam bidang sastra yang diberikan oleh Akademi Swedia, di mana Handke meraihnya pada 2019 atas karya dan pengaruhnya di dunia sastra.

