فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا
Falam yazidhum du‘ā'ī illā firārā(n).
tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, melainkan mereka (makin) lari (dari kebenaran).
tetapi seruanku itu tidak menambah iman dan kebaikan mereka, justru mereka lari menjauh dari kebenaran.
Nabi Nuh mengeluhkan sikap kaumnya kepada Allah bahwa sekalipun ia sudah menyeru umatnya siang dan malam, tetapi mereka tetap tidak menghiraukannya. Bahkan, mereka semakin diseru, semakin menjauh dan lari dari seruan itu.
1. Waqāran وَقَارًا (Nūh/71: 13)
Kata waqār terambil dari kata kerja waqara yang artinya “diam tak bergerak”. Dalam Al-Qur’an Surah al-Aḥzāb/33: 33 terdapat ayat yang berisi perintah kepada istri-istri Nabi saw: waqarna fī buyūtikunna…. (dan hendaklah kamu tetap di rumahmu). Al-Waqr adalah sesuatu yang tak bergerak. Bila terdapat di dalam telinga, ia disebut sumbatan (al-An‘ām/6: 25. Waqār bermakna “kemantapan”. Bila kemantapan itu datang dari Allah untuk manusia, itu berarti kehormatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada makhluk-Nya.
2. Aṭwāran اَطْوَارًا (Nūḥ/71: 14)
Aṭwār adalah bentuk jamak dari ṭaur artinya fase atau periode. Maksud ungkapan wa qad khalaqakum aṭwārān (Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian)) dalam Surah Nūḥ/71: 14 ini adalah sebagaimana yang diterangkan dalam Surah al-Mu'minūn/23: 12-14. (Lihat Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid VI, Juz 18).

