v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
User Photo Profile
Al-Quran
Ayat 16 - Surat Nūḥ (Nuh)
نوح
Ayat 16 / 28 •  Surat 71 / 114 •  Halaman 571 •  Quarter Hizb 57.75 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَّجَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَّجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا

Wa ja‘alal-qamara fīhinna nūraw wa ja‘alasy-syamsa sirājā(n).

Di sana Dia menjadikan bulan bercahaya dan matahari sebagai pelita (yang cemerlang).

Makna Surat Nuh Ayat 16
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan di sana di langit yang indah itu Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita yang cemerlang?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Nabi Nuh menerangkan kepada kaumnya bahwa Allah yang disembah itu menciptakan bulan bercahaya dan matahari bersinar. Dari ayat itu dapat dipahami bahwa:

1. Matahari memancarkan sinar sendiri, sedang bulan mendapat cahaya dari matahari. Cahaya yang dipancarkan bulan berasal dari sinar matahari yang dipantulkannya ke bumi. Oleh karena itu, sinar matahari lebih keras dan terang dari cahaya bulan.

2. Sinar dan cahaya itu berguna bagi manusia, tetapi bentuk kegunaannya berbeda-beda.

Ayat yang membedakan cahaya dan sinar dari dua benda langit, matahari dan bulan telah berkali-kali dikemukakan. Bintang mempunyai sumber sinar, sedangkan planet tidak. Penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Surah Yūnus/10: 5. Uraian mengenai hal ini secara ilmiah adalah demikian:

Dalam membicarakan benda-benda angkasa, Al-Qur’an juga sudah membedakan bintang dan planet. Bintang adalah benda langit yang memancarkan sinar, sedangkan planet hanya memantulkan sinar yang diterima dari bintang.

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ ٥

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yūnus/10: 5)

Matahari adalah benda angkasa terbesar dalam tata surya kita. Ia merupakan gumpalan gas yang berpijar, dengan garis tengah sekitar 1,4 juta km. Jarak rata-rata antara titik pusat bumi dan matahari sekitar 150 juta km. Di pusat matahari, suhu mencapai sekitar 20.0000C.

Dalam ilmu astronomi, matahari merupakan benda langit yang digolongkan ke dalam jenis bintang. Di jagad raya ini terdapat miliaran, bahkan triliunan bintang. Matahari adalah salah satunya. Bintang merupakan benda langit yang memancarkan sinar karena di permukaan maupun bagian dalam bintang masih berlangsung reaksi-reaksi nuklir hidrogen yang dahsyat. Hasil reaksi inilah yang menimbulkan pancaran sinar. Sedangkan 10 benda langit yang mengorbit matahari, termasuk di dalamnya bumi (dan bulan yang mengorbit bumi), digolongkan ke dalam jenis planet.

Jumlah bintang diperkirakan lebih dari 6 miliar, bahkan boleh jadi mencapai 100 miliar. Akan tetapi, hanya sekitar 6.000 bintang yang dapat diamati dengan mata telanjang. Suhu, warna, ukuran, dan kepadatan bintang bervariasi. Bintang yang terpanas umumnya berwarna putih kebiruan. Suhu permukaannya dapat mencapai 20.0000C. Sedangkan yang kurang panas berwarna kuning, sebagaimana matahari. Ukurannya ada yang melebihi ribuan atau jutaan kali ukuran Matahari. Adapun jarak bintang terdekat dari tata surya adalah 4.000 tahun cahaya. Apabila kecepatan cahaya 186.000 mil per detik, maka jarak bintang terdekat tersebut mencapai 104 x 109 mil. Cahaya bintang terdekat ke tata surya, Alpha Centauri, memerlukan waktu 4 tahun untuk mencapai bumi. Sedang bintang “terjauh”, Riga, cahayanya baru mencapai bumi lebih dari 1.000 tahun kemudian. Bandingkan dengan cahaya matahari yang mencapai bumi dalam hanya 4 menit saja.

Planet dapat dikategorikan sebagai bintang yang telah ‘mati’. Permukaannya telah mendingin, dan berubah menjadi padatan. Planet tidak memancarkan sinar. Akan tetapi, apabila ia disinari oleh satu sumber sinar (misal matahari), maka ia akan memantulkannya, sehingga tampak seperti bercahaya. Dengan demikian, kata ‘bercahaya’ dapat diartikan sebagai dapat dilihat oleh mata karena memantulkan sinar yang diterima dari sumber sinar. Bulan bercahaya karena memantulkan sinar yang diterimanya dari matahari.

Isi Kandungan Kosakata

1. Sab‘a Samāwāti سَبْعَ سَمٰواَتٍ (Nūḥ/71: 15)

Kata sab‘ adalah kata bilangan yang berarti tujuh. Darinya diambil kata usbū‘ yang berarti satu minggu. Disebut demikian karena satu minggu terdiri dari tujuh hari. Pada mulanya, kata sab‘ ini digunakan untuk menunjuk bilangan tertentu, yaitu tujuh. Namun, masyarakat Arab juga bisa menggunakan kata ini untuk menunjukkan jumlah banyak, tidak terbatas pada tujuh saja. Kata sab‘un yang menunjukkan bilangan tertentu ini dapat kita temui dalam Surah al-Baqarah/2: 261: …serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan tiap-tiap tangkai seratus biji. Mengenai ayat ini, Rasulullah bersabda, “Kebajikan itu dibalas sepuluh kali hingga tujuh ratus kali.” Kata sab‘u mi'ah (tujuh ratus) di atas menunjukkan bilangan tertentu.

Sedangkan kata sab‘un yang menunjukkan jumlah banyak (tidak terbatas pada bilangan tertentu) dapat kita jumpai dalam Surah at-Taubah/9: 80: “Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi mereka ampunan kepada mereka.” Penyebutan angka tujuh puluh ini untuk menunjukkan arti banyak, bukan menetapkan satu bilangan tertentu. Allah tidak bermaksud bahwa seandainya Nabi saw memintakan ampun untuk mereka lebih dari tujuh puluh kali, maka Allah bakal mengampuni mereka. Akan tetapi, maknanya adalah bahwa meskipun Nabi saw banyak berdoa dan memohon ampun bagi orang-orang munafik itu, maka Allah tidak akan mengampuni mereka. Kata sab‘ samāwāt (tujuh langit) dalam ayat ini termasuk kategori yang kedua.

2. Bisāṭan بِسَاطًا (Nūḥ/71: 19)

Kata bisāṭ adalah maṣdar dari kata basaṭa-yabsuṭu-basṭan- bisāṭan. Kata basaṭa memiliki arti yang berkisar pada membentangkan, meluaskan, atau memanjangkan. Darinya diambil kata al-Bāsiṭ, salah satu dari al-Asmā’ al-Ḥusnā, yang berarti Allah yang melapangkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya dengan kemurahan dan rahmat-Nya, serta memanjangkan waktu roh di dalam jasad saat ia hidup. Di dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Yabsuṭunī mā yabsuṭuhā (Apa yang membahagiakan Fatimah, itulah yang membahagiakanku.” Membahagiakan disebut basaṭa karena bila seseorang merasa senang maka wajahnya mengembang. Darinya diambil kata basṭah yang berarti kelebihan, sebagaimana terdapat dalam Surah al-Baqarah/2: 274.

Adapun yang dimaksud dengan kata bisāṭan di sini adalah sesuatu yang terhampar sehingga bisa didiami dengan nyaman. Ibnu Kasīr di dalam tafsirnya mengatakan bahwa maksudnya adalah Allah menghamparkan bumi dan menguatkannya dengan gunung-gunung yang kokoh.