v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 8 - Surat Ibrāhīm (Ibrahim)
ابرٰهيم
Ayat 8 / 52 •  Surat 14 / 114 •  Halaman 256 •  Quarter Hizb 26.25 •  Juz 13 •  Manzil 3 • Makkiyah

وَقَالَ مُوْسٰٓى اِنْ تَكْفُرُوْٓا اَنْتُمْ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۙفَاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ حَمِيْدٌ

Wa qāla mūsā in takfurū antum wa man fil-arḍi jamī‘ā(n), fa innallāha laganiyyun ḥamīd(un).

Musa berkata, “Jika kamu dan siapa pun yang ada di bumi semuanya kufur (atas nikmat Allah), sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Makna Surat Ibrahim Ayat 8
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan Musa berkata untuk mengingatkan kaumnya bahwa mensyukuri nikmat Allah bukanlah untuk kepentingan Allah, “Jika kamu dan orang yang ada di bumi ini semuanya mengingkari nikmat Allah, maka sesungguhnya Allah Mahakaya sehingga keingkaran mereka tidak akan sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya, Maha Terpuji atas segala hal yang terjadi di alam semesta.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah swt menjelaskan dalam ayat ini ucapan Nabi Musa a.s. ketika ia mengatakan kepada kaumnya, bahwa seandainya mereka dan orang-orang yang ada di bumi ini semuanya kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat dan rahmat-Nya, hal ini tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. Sebab, Allah swt Mahakaya, dan Terpuji, tidak memerlukan ucapan syukur mereka dan tidak membutuhkan amalan kebajikan mereka untuk kepentingan dirinya atau untuk menambah kebesaran dan kemuliaan-Nya. Kekafiran mereka itu akan merugikan diri sendiri, karena Allah tidak menambah nikmat dan rahmat kepada mereka. Firman Allah:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ۔ ٤٦ (فصّلت)

Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba (Nya). (Fuṣṣilat/41: 46)

Isi Kandungan Kosakata

Āżaytumūnā اٰذَيْتُمُوْنَ ا (Ibrāhīm/14: 12)

Kata tersebut merupakan fi’il māḍī (kata kerja lampau), dari ażā - yu'żī – iżā'an yang artinya “kamu sekalian menyakiti kami.” Ungkapan ini muncul dalam rangkaian penuturan para utusan Allah yang menyatakan bahwa mereka akan tetap bersabar terhadap perlakuan para penentang yang selalu menyakiti dan mengganggu mereka. Ungkapan āżaitumūnā dalam ayat ini menggambarkan bahwa para rasul Allah itu mengalami hal yang sama, yaitu diganggu dan disakiti oleh para penentang mereka, tetapi mereka tetap bersikap sabar atas segala gangguan itu.