۞ وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wa qālarkabū fīhā bismillāhi majrêhā wa mursāhā, inna rabbī lagafūrur raḥīm(un).
Dia (Nuh) berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya (bahtera) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dan dia pun berkata kepada kaumnya yang beriman, “Naiklah kamu semua bersamaku ke dalamnya, yakni kapal itu dengan menyebut nama Allah pada waktu kapal mulai berlayar dan setelah berlabuhnya, seraya berserah diri kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun atas dosa orang yang bertobat, dan Maha Penyayang kepada siapa saja yang menempuh jalan kebenaran. Ayat ini mengandung pesan, tentang keharusan tawakal kepada Allah ketika memulai suatu aktivitas maupun setelah persoalan selesai, dan berbaik sangka kepada-Nya.
Pada ayat ini diterangkan bahwa Nuh a.s. menyuruh orang yang beriman pada risalahnya supaya naik ke dalam kapal itu dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh, sebab segala kekuasaan ada di tangan-Nya. Dia dapat berbuat sekehendak-Nya, mengatur sunnah-Nya sesuai dengan Iradah-Nya; sedang keselamatan mereka pada saat yang sangat penting itu hanya berada di bawah kekuasaan-Nya, di dalam lindungan-Nya.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَانٌ ِلأُمَّتِيْ مِنَ الْغَرَقِ إِذَا رَكِبُوا الْفُلْكَ أَنْ يَقُوْلُوْا “بِاسْمِ اللهِ الْمَلِكِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، بِاسْمِ اللهِ مَجْرٰـهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّهُ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ” (رواه الطبراني عن علي)
Berkata Rasulullah saw, “Umatku akan selamat (tidak tenggelam) apabila mereka menaiki kapal, supaya membaca: Bismillāhi malikirrahmānirrahīm, bismillāhi majreha wa mursāha innahū lagafūrurrahīm.” (Riwayat Aṭ-Ṭabrāni dari Ali)
Selanjutnya pada ayat ini diterangkan bahwa Nuh a.s. menyatakan, “Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ucapan ini selain mengandung syukur, menunjukkan bahwa ia beserta pengikut-pengikutnya yang beriman selamat dari bahaya topan berkat rahmat Allah yang sangat luas.
Fārat-tannūr فَارَ التَّنُّوْرُ (Hūd/11: 40)
Fāra terambil dari kata faur ‘mendidih’, ‘bergejolak’, yang dipakai untuk memberi sifat kepada api, periuk, dan marah. Yang dimaksud adalah menggelegarnya air keluar dari perut bumi sehingga menimbulkan banjir besar pada zaman Nabi Nuh. Waktu itulah Nabi Nuh diperintahkan Allah untuk membawa sepasang binatang dari berbagai jenis seperti sapi, kerbau, unta, dan lain-lain ke dalam kapalnya.

