مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ
Muṭā‘in ṡamma amīn(in).
yang di sana (Jibril) ditaati lagi dipercaya.
Itulah Jibril yang di sana, di alam malaikat, ditaati dan dipercaya atas wahyu yang disampaikannya.
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan objek sumpah yang disebutkan dalam ayat 15-18 di atas, yaitu sesungguhnya apa yang diberitahukan oleh Muhammad saw tentang peristiwa-peristiwa hari Kiamat bukanlah kata-kata seorang dukun atau isapan jempol. Akan tetapi, benar-benar wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari Tuhannya. Allah telah menyifati utusan yang membawa Al-Qur′an tersebut, yaitu Malaikat Jibril, dengan lima macam sifat yang mengandung keutamaan:
1. Yang mulia pada sisi Tuhannya karena Allah memberikan padanya sesuatu yang paling berharga yaitu hidayah, dan memerintahkannya untuk menyampaikan hidayah itu kepada para nabi-Nya diteruskan kepada para hamba-Nya.
2. Yang mempunyai kekuatan dalam memelihara Al-Qur’an jauh dari sifat pelupa atau keliru.
3. Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arasy.
4. Yang ditaati di kalangan malaikat karena kewenangannya.
5. Yang dipercaya untuk menyampaikan wahyu karena terpelihara dari sifat-sifat khianat dan penyelewengan.
1. Al-Khunnas الْخُنَّسِ (at-Takwīr/81: 15)
Al-Khunnas artinya bintang-bintang yang bercahaya. Pada siang hari, bintang-bintang itu memang tidak kelihatan, tetapi pada malam hari tampak jelas menerangi dan menghiasi langit yang luas. Pada ayat 15, Allah bersumpah dengan bintang-bintang di langit yang bersinar terang. Dalam ‘ilmu ma‘āni sebagai bagian dari ‘ilmu balāgah untuk menghadapi orang-orang atau mukhāṭab yang tidak percaya, perlu menggunakan kalimat yang mengandung taukid lebih dari satu, dan kalimat sumpah adalah taukid yang kuat. Jadi, karena orang-orang kafir Mekah tidak percaya pada adanya hari kebangkitan, Allah sering menggunakan bentuk qasam atau sumpah untuk meyakinkan mereka. Pada ayat 15 ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah dengan bintang-bintang, karena bintang-bintang sangat dikagumi oleh manusia terutama para kafilah di padang pasir. Di samping memberi penerangan perjalanan di padang pasir maupun di tengah lautan, bintang-bintang juga memberi petunjuk tentang waktu, arah yang harus dituju, maupun peredaran musim dan sebagainya.
2. Al-Kunnas اَلْكُنَّسِ (at-Takwīr/81: 16)
Secara kebahasaan kata al-kunnas adalah bentuk jamak dari al-kānisah yang berarti bintang atau bintang yang berjalan. Dalam konteks ayat ini, al-kunnas menjadi sifat bagi bintang. Di sini Allah bersumpah demi bintang-bintang yang beredar atau berjalan.
3. ‘As‘asa عَسْعَسَ (at-Takwīr/81: 17)
Secara kebahasaan kata ‘as‘asa merupakan bentuk kata kerja (fi‘il māḍī) yang berarti malam yang mulai gelap. Dalam konteks ayat ini, Allah bersumpah demi malam yang mulai gelap.
4. Bi Ḍanīn بِضَنِيْنٍ (at-Takwīr/81: 24)
Secara kebahasaan kata bi ḍanīn terdiri dari dua suku kata, yaitu kata bi merupakan zā’idah (tambahan) yang, menurut sebagian mufasir, berfungsi sebagai penegasan, dan kata ḍanīn yang berarti orang yang kikir atau bakhil. Dengan demikian, kata bi ḍanīn di sini bermakna Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang yang enggan (bakhil) untuk menerangkan yang gaib, yaitu bertemu Malaikat Jibril dan menerima wahyu darinya.

