v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 29 - Surat Al-Qiyāmah (Hari Kiamat)
القيٰمة
Ayat 29 / 40 •  Surat 75 / 114 •  Halaman 578 •  Quarter Hizb 58.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِۙ

Waltaffatis-sāqu bis-sāq(i).

dan bertautlah betis (kiri) dengan betis (kanan).736)

Makna Surat Al-Qiyamah Ayat 29
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

26-30. Ayat di atas mengingatkan siapa saja untuk tidak terlalu mencintai dunia karena setiap saat maut bisa datang. Sekali-kali tidak, yaitu tidak akan berlanjut kehidupan dunia ini, apabila nyawa seseorang telah sampai ke kerongkongan, dan ketika itu dikatakan kepadanya, “Siapa yang dapat menyembuhkan sakaratul maut ini?” Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan dengan dunia yang dicintainya, dan bertaut betis kiri dengan betis kanan, karena hebatnya penderitaan pada saat akan mati dan ketakutan akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat, dan kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau ke surga bagi yang taat dan ke neraka bagi yang durhaka.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat-ayat ini menggambarkan bahwa orang yang sedang menghadapi sakratulmaut itu yakin bahwa itulah saat perpisahan dengan dunia. Dalam bahasa lain dapat dikatakan bahwa di saat kematian datang, seseorang baru merasa yakin bahwa telah tiba saatnya berpisah buat selama-lamanya dengan dunia, harta, keluarga, dan sanak famili.

Allah sengaja menyebutkan kata-kata ẓanna (yang sebenarnya berarti menyangka) karena pada saat jiwa akan melayang itu pun, dia masih sangat ingin hidup lagi disebabkan kecintaannya yang berlebihan terhadap kehidupan yang fana ini. Manusia belum begitu yakin akan kematiannya sendiri.

Pernyataan ayat ini yang menyebutkan “betis kirinya telah bertaut dengan betis kanan” mengandung arti bahwa dia sudah tidak dapat menggerakkan kedua betisnya (kaki)nya. Bahkan ia juga tidak lagi dapat menggerakkan batang tubuhnya karena organ dan jaringan tubuh telah berhenti bekerja.

Kata-kata iltaffā (bertaut) diartikan Ibnu ‘Abbās dengan bertautnya di saat kematian itu antara beratnya meninggalkan dunia ini dengan ketakutan yang luar biasa menghadapi akhirat. Bertautlah bala dengan bala, dan disitulah letaknya siksaan sakratulmaut yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan.

Isi Kandungan Kosakata

1. At-Tarāqī التَّرَاقِى (al-Qiyāmah/75: 26)

At-Tarāqī merupakan bentuk jamak dari kata tarquwah, yang artinya lubang yang terdapat di kerongkongan untuk pernapasan dan saluran makanan. Pada ayat ini, kata ini dikaitkan dengan fenomena yang dialami manusia ketika roh dicabut dan dipisahkan dari raganya. Dalam proses pencabutan itu, roh merambat naik dari kaki ke atas, dan fase akhir dari kehidupan seseorang ditandai dengan sampainya roh ke tarāqī tersebut. Pada saat seperti ini, seseorang yang mengalaminya disebut sedang berada dalam keadaan sakaratulmaut, dan pernapasannya akan terdengar bergetar, yang dalam bahasa Arab disebut yugargir. Inilah batas akhir dari diterimanya tobat seseorang.

2. Sudān سُدًى (al-Qiyāmah/75: 36)

Sudā maknanya adalah diremehkan atau disia-siakan. Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia itu tidak akan diremehkan atau disia-siakan. Makna yang demikian memberikan pemahaman bahwa manusia itu merupakan makhluk istimewa dan bukan sesuatu yang diremehkan di sisi Allah. Manusia adalah makhluk terhormat yang tidak akan dibiarkan begitu saja. Pemahaman demikian membawa pada kesimpulan bahwa tujuan penciptaan manusia itu adalah sedemikian pentingnya, sehingga mereka mendapatkan segala kasih sayang dan perhatian utama dari Allah. Selain itu, demi menjaga keseimbangan dalam prilaku dan perbuatan, manusia yang bukan makhluk remeh itu akan dibangkitkan kelak setelah kematiannya. Tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah dan sekaligus untuk beribadah kepada Allah. Ini adalah tujuan yang mulia, karena mengemban misi dari-Nya untuk mengelola bumi. Seandainya manusia diciptakan tanpa tujuan, maka penciptaan dan kejadiannya tentu tidak perlu dengan proses yang rumit dan berfase-fase. Tuhan tentu tidak melakukan semua ini dengan sia-sia. Oleh karena itulah, manusia bukan makhluk yang akan diremehkan atau disia-siakan.