v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 32 - Surat Al-Qiyāmah (Hari Kiamat)
القيٰمة
Ayat 32 / 40 •  Surat 75 / 114 •  Halaman 578 •  Quarter Hizb 58.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَلٰكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۙ

Wa lākin każżaba wa tawallā.

Akan tetapi, dia mendustakan (Al-Qur’an) dan berpaling (dari kebenaran).

Makna Surat Al-Qiyamah Ayat 32
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

31-33. Ayat ini menjelaskan beberapa sebab mengapa para pendurhaka diseret ke neraka. karena dia dahulu tidak mau membenarkan Al-Qur’an dan Rasul dan juga tidak mau melaksanakan salat, tetapi justru dia mendustakan Rasul dan berpaling dari kebenaran. Bukan hanya sampai di situ, bahkan kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong. Dapat juga diartikan bahwa ayat 31-32, menggambarkan hubungannya yang buruk terhadap Allah, sedangkan ayat 33 menggambarkan buruknya hubungan sosial.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang kafir itu tidak mau membenarkan rasul, dan berpaling dari kebenaran serta tidak mau mengerjakan salat. Ia selalu mendustakan Rasulullah dan Al-Qur’an, dan tidak mau mengesakan Allah. Ia tetap menyekutukan-Nya dan meyakini bahwa Tuhan itu berbilang. Ia juga tidak mau mengerjakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya, dan selalu menentang dan berpaling dari perintah Tuhan, serta terpengaruh oleh kesenangan duniawi.

Isi Kandungan Kosakata

1. At-Tarāqī التَّرَاقِى (al-Qiyāmah/75: 26)

At-Tarāqī merupakan bentuk jamak dari kata tarquwah, yang artinya lubang yang terdapat di kerongkongan untuk pernapasan dan saluran makanan. Pada ayat ini, kata ini dikaitkan dengan fenomena yang dialami manusia ketika roh dicabut dan dipisahkan dari raganya. Dalam proses pencabutan itu, roh merambat naik dari kaki ke atas, dan fase akhir dari kehidupan seseorang ditandai dengan sampainya roh ke tarāqī tersebut. Pada saat seperti ini, seseorang yang mengalaminya disebut sedang berada dalam keadaan sakaratulmaut, dan pernapasannya akan terdengar bergetar, yang dalam bahasa Arab disebut yugargir. Inilah batas akhir dari diterimanya tobat seseorang.

2. Sudān سُدًى (al-Qiyāmah/75: 36)

Sudā maknanya adalah diremehkan atau disia-siakan. Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia itu tidak akan diremehkan atau disia-siakan. Makna yang demikian memberikan pemahaman bahwa manusia itu merupakan makhluk istimewa dan bukan sesuatu yang diremehkan di sisi Allah. Manusia adalah makhluk terhormat yang tidak akan dibiarkan begitu saja. Pemahaman demikian membawa pada kesimpulan bahwa tujuan penciptaan manusia itu adalah sedemikian pentingnya, sehingga mereka mendapatkan segala kasih sayang dan perhatian utama dari Allah. Selain itu, demi menjaga keseimbangan dalam prilaku dan perbuatan, manusia yang bukan makhluk remeh itu akan dibangkitkan kelak setelah kematiannya. Tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah dan sekaligus untuk beribadah kepada Allah. Ini adalah tujuan yang mulia, karena mengemban misi dari-Nya untuk mengelola bumi. Seandainya manusia diciptakan tanpa tujuan, maka penciptaan dan kejadiannya tentu tidak perlu dengan proses yang rumit dan berfase-fase. Tuhan tentu tidak melakukan semua ini dengan sia-sia. Oleh karena itulah, manusia bukan makhluk yang akan diremehkan atau disia-siakan.