اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ
Inna nāsyi'atal-laili hiya asyaddu waṭ'aw wa aqwamu qīlā(n).
Sesungguhnya bangun malam itu lebih kuat (pengaruhnya terhadap jiwa) dan lebih mantap ucapannya.
Diperintahkannya ibadah di waktu malam adalah mengandung hikmah yang sangat besar di antaranya seperti yang disebut pada ayat ini. Sungguh, bangun untuk beribadah di waktu malam itu lebih kuat mengisi jiwa. dan bacaan di waktu itu lebih berkesan serta lebih mudah untuk dipahami dan dihayati.
Ayat ini menegaskan bahwa ibadah yang dilakukan pada malam hari terasa lebih berkesan dan mantap, baik di hati maupun di lidah, sebab bacaan ayat-ayat itu lebih jelas dibandingkan bacaan pada siang hari di saat manusia sedang disibukkan oleh urusan-urusan kehidupan duniawi.
1. Al-Muzzammil الـمُزَّمِّلُ (al-Muzzammil/73: 1)
Kata al-muzzammil adalah isim fā‘il terambil dari fi‘il zamala-yazmulu-zamlan, zimlan, zamalan, wa zimālan, yang berarti memikul beban yang berat. Seorang yang kuat dinamai izmīl, karena ia mampu memikul beban yang berat. Kata zamala juga berarti membonceng atau menggandeng. Dari sini, lahir kata zamīl yang berarti teman akrab yang bagaikan bergandengan.
Kata zamal juga berarti menyembunyikan atau menyelubungi badan dengan selimut. Dengan ini, maka makna al-muzzammil adalah orang yang berselubung atau orang yang berselimut. Kata ini hanya satu kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan menjadi salah satu nama surah Al-Qur’an.
2. Tabtīlan تَبْتِيْلاً (al-Muzzammil/73: 8)
Kata tabtīl adalah maṣdar (kata jadian) dari kata battala-yubattilu-tabtīlan. Ia terambil dari kata batala-yabtulu-batlan yang berarti memutus. Darinya diambil kata al-batūl yang berarti anak kurma yang telah terpisah dari induknya dan bisa tumbuh sendiri. Kata ini juga berarti wanita yang menjauhkan diri dari perkawinan, sebagaimana julukan yang diberikan kepada Maryam ibunda al-Masih. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Lā rahbāniyyata wa lā tabattula fil-Islām,” (Tidak ada kerahiban dan pembujangan di dalam Islam. Dan yang dimaksud dengan kata tabattala pada ayat yang sedang ditafsirkan ini adalah memutuskan segala ikatan dengan dunia untuk kembali kepada Allah semata. Menurut riwayat dari Ibnu ‘Abbās, Mujāhid, Abū Ṣāliḥ, ‘Aṭiyyah, aḍ-Ḍaḥḥāk, dan as-Suddī, artinya adalah: murnikanlah ibadah untuk Allah.

