وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ
Ważkurisma rabbika wa tabattal ilaihi tabtīlā(n).
Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Meskipun di siang hari kamu sangat sibuk bukan berarti boleh melupakan Allah. Ayat ini memerintahkan untuk selalu menyebut dan mengingat Allah. Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya senantiasa mengingat-Nya, baik siang maupun malam, dengan bertasbih, bertahmid, bertakbir, salat, dan membaca Al-Qur’an. Dengan demikian, ia dapat melenyapkan dari hatinya segala sesuatu yang melalaikan perintah-perintah Allah.
1. Al-Muzzammil الـمُزَّمِّلُ (al-Muzzammil/73: 1)
Kata al-muzzammil adalah isim fā‘il terambil dari fi‘il zamala-yazmulu-zamlan, zimlan, zamalan, wa zimālan, yang berarti memikul beban yang berat. Seorang yang kuat dinamai izmīl, karena ia mampu memikul beban yang berat. Kata zamala juga berarti membonceng atau menggandeng. Dari sini, lahir kata zamīl yang berarti teman akrab yang bagaikan bergandengan.
Kata zamal juga berarti menyembunyikan atau menyelubungi badan dengan selimut. Dengan ini, maka makna al-muzzammil adalah orang yang berselubung atau orang yang berselimut. Kata ini hanya satu kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan menjadi salah satu nama surah Al-Qur’an.
2. Tabtīlan تَبْتِيْلاً (al-Muzzammil/73: 8)
Kata tabtīl adalah maṣdar (kata jadian) dari kata battala-yubattilu-tabtīlan. Ia terambil dari kata batala-yabtulu-batlan yang berarti memutus. Darinya diambil kata al-batūl yang berarti anak kurma yang telah terpisah dari induknya dan bisa tumbuh sendiri. Kata ini juga berarti wanita yang menjauhkan diri dari perkawinan, sebagaimana julukan yang diberikan kepada Maryam ibunda al-Masih. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Lā rahbāniyyata wa lā tabattula fil-Islām,” (Tidak ada kerahiban dan pembujangan di dalam Islam. Dan yang dimaksud dengan kata tabattala pada ayat yang sedang ditafsirkan ini adalah memutuskan segala ikatan dengan dunia untuk kembali kepada Allah semata. Menurut riwayat dari Ibnu ‘Abbās, Mujāhid, Abū Ṣāliḥ, ‘Aṭiyyah, aḍ-Ḍaḥḥāk, dan as-Suddī, artinya adalah: murnikanlah ibadah untuk Allah.

