وَاِنَّكَ لَتَدْعُوْهُمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Wa innaka latad‘ūhum ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Sesungguhnya engkau benar-benar menyeru mereka ke jalan yang lurus.
Dan sesungguhnya engkau pasti telah menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Orang-orang kafir itu menolak seruan Nabi karena mereka tidak meyakini adanya hari Pembalasan. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat benar-benar telah menyimpang jauh dari jalan yang lurus menuju jalan kesesatan. Tidak ada jalan menuju kebahagiaan selain jalan Allah. Allah mengazab dan membinasakan mereka akibat bersikap keras kepala. Namun, seandainya mereka Kami kasihani, dan Kami lenyapkan malapetaka yang menimpa mereka, pasti mereka akan terus-menerus terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka akan tetap pada kekufuran dan kedurhakaan mereka seperti sediakala.
Kemudian pada ayat ini Allah meyakinkan Nabi Muhammad saw bahwa dia benar-benar seorang rasul yang menyeru kaumnya kepada jalan yang lurus yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah menghimbau Muhammad agar tidak terpengaruh dengan kata-kata orang-orang kafir itu yang menghina dan mencemoohkannya. Semua ucapan-ucapan mereka itu adalah bohong belaka yang keluar dari mulut mereka karena dengki dan sakit hati.
1. Kharjan خَرْجًا (al-Mu’minūn/23: 72)
Lafal al-kharj (ﺍﻟﺨﺮﺝ) artinya uang belanja, pengeluaran uang, atau imbalan, berasal dari fi’il ﺃﻭﺧﺮﻭﺟﺎ ﺧﺮﺟﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﺧﺮﺝ artinya keluar. Lafal ﺧﺮﺟﺎ pada ayat 72 surah al-Mu’minun ini sebagai maf’ul atau obyek dari fi’il sebelumnya. Firman Allah dalam ayat ini yaitu ﺃﻡ ﺗﺴﺄﻟﻬﻢ ﺧﺮﺟﺎ artinya: Apakah kamu (Muhammad) meminta imbalan dari mereka? Sesungguhnya Nabi tidak pernah meminta imbalan kepada orang-orang kafir dalam berdakwah dan mengajak mereka mengikuti petunjuk Al-Qur’an, karena selain dakwah Nabi adalah suatu kewajiban dari Allah, juga Nabi sangat sadar bahwa beliau harus melaksanakannya dengan ikhlas, tanpa mengharap imbalan apa pun dari manusia. Pada akhir ayat dilukiskan bahwa soal imbalan, tentu dari Allah akan lebih baik dari manusia, karena Allah Maha memberi rezeki. Pertanyaan ini diajukan karena orang-orang kafir masih saja menolak dakwah Nabi yang membawa petunjuk Al-Qur’an, padahal sebetulnya mereka sangat membutuhkan petunjuk tersebut.
2. Lalajjū لَلَجُّوْا (al-Mu’minūn/23: 75)
Lafal lalajjū (ﻟﻠﺠﻮﺍ) berasal dari fi’il ﻭﻟﺠﺎﺟﺔ ﻟﺠﺠﺎ ﻳﻠﺞ ﻟﺞ artinya berkeras hati, berketetapan, berkeras kepala (tidak mau mundur), kemudian didahului ﻻﻡﺍﻟﺗﻮﻜﻴﺪ yaitu lam yang memperkuat fi’il tersebut dan disambung dengan ﻭﺍﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋ yaitu waw yang menjadi fa’il atau pelaku perbuatan tersebut sebagai kata ganti mereka. Maka ﻟﻠﺠﻮﺍ artinya : mereka pasti tetap berkeras kepala dan tidak mau mundur sama sekali. Pada ayat 75 surah al-Mu’minun ini Allah menerangkan bahwa walaupun orang-orang kafir dikasihani dan Allah melenyapkan malapetaka yang menimpa mereka dengan menolong mereka dari kelaparan, tetapi mereka tetap saja tidak mau berhenti dari perbuatan yang dilarang Allah dan menyesatkan. Mereka tetap saja berkeras kepala dengan terus-menerus melakukan maksiat dan tetap ingkar pada agama serta durhaka kepada Allah.

