وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ ۙ
Wal-lażīna hum anil-lagwi muriḍūn(a).
orang-orang yang meninggalkan (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,
Dan di antara mereka yang akan memperoleh keberuntungan adalah orang yang menjauhkan diri, atau tidak memberi perhatian secara lahir dan batin, dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, yaitu sesuatu yang sebenarnya di satu sisi tidak dilarang, namun di sisi lain tidak ada mendatangkan manfaat.
Menjauhkan diri dari setiap perbuatan atau perkataan yang tidak berguna. Dalam ayat ini Allah menjelaskan sifat yang ketiga, yaitu bahwa seorang mukmin yang bahagia itu ialah yang selalu menjaga waktu dan umurnya supaya jangan sia-sia. Sebagaimana ia khusyuk dalam salatnya, berpaling dari segala sesuatu kecuali dari Tuhan penciptanya, demikian pula ia berpaling dari segala perkataan yang tidak berguna bagi dirinya atau orang lain.
1. Aflaḥa أَفْلَحَ (Al-Mu’minūn/23: 1)
Aflaḥ ( أفلح ) artinya sukses bisa mencapai yang diinginkan. Kata aflaḥa terambil dari akar kata ف ل ح , artinya membelah, dari sini petani disebut الفلاّح (al-fallāḥ), karena dia mencangkul untuk membelah tanah untuk ditanami benih, benih ini akan tumbuh dan memberi hasil yang sangat diharapkan, dari sini maka memperoleh apa yang diharapkan juga dinamai al-falāḥ.
Layak diperhatikan penamaan al-fallāḥ pada petani dan kaitannya dengan kesuksesan memberi kesan bahwa suatu perbuatan baik membutuhkan proses dan waktu yang panjang dan juga usaha keras sampai tiba waktu menuai hasil. Tanpa usaha keras dan waktu yang panjang, kesuksesan sulit dicapai.
2. Khāsyi’ūn خَاشِعُوْنَ (al-Mu’minūn/23: 2)
Khāsyi’ūn (خاشعون) artinya orang-orang yang khusyuk. Terambil dari kata خ ش ع , berarti tenang atau tunduk (الخضوع). Namun menurut Ibnu Faris tunduk digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyuk digunakan pada suara (Ṭāhā/20:108 وخشعت الأصوات ) dan pandangan (al-Qalam/68: 43 خاشعة أبصارهم).
Al-Aṣfahānī menafsirkan khusyū’ dengan ضراعة artinya diam. Khusyū’ digunakan untuk ketenangan anggota tubuh, sedangkan الضراعة digunakan untuk ketenangan hati (al-Isrā’/17: 109 ويزيدهم خشوعا).
Pepatah mengatakan إذا ضرع القلب خشعت الجوارح , jika hati sudah khusyuk maka anggota tubuh diam, tidak bergerak.
Dari dua definisi ini dapat dipahami bahwa khusyuk dalam ayat ini adalah kesan khusus dalam hati orang yang sedang menunaikan salat dengan mengerahkan seluruh pikiran dan isi hatinya pada bacaan salat dan mengabaikan hal-hal selainnya.
Sementara itu ulama mengatakan bahwa khusyuk yang dimaksud dalam ayat ini adalah rasa takut jangan sampai salat yang dilakukannya tertolak. Rasa takut ini antara lain ditandai dengan ketundukan mata ke tempat sujud. Rasa takut itu bercampur dengan kesigapan dan kerendahan hati serta harapan agar salatnya diterima.

