وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ ࣖ
Wa qur rabbigfir warḥam wa anta khairur-rāḥimīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi rahmat.”
Dan katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Ya Tuhanku, berilah ampunan kepadaku dan umatku, dan berilah rahmat kepada kami semua. Engkau adalah Maha Pengampun dan Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik.”[]
Ayat ini menerangkan bahwa setelah menjelaskan keadaan orang-orang kafir, kebodohan mereka di dunia dan siksaan yang disediakan bagi mereka di akhirat, Allah memerintahkan Rasul-Nya supaya memohon kepada-Nya agar dimaafkan semua kesalahan yang diperbuatnya, diberi rahmat dengan diterima tobatnya, dan dibebaskan dari azab atas kelalaian dan kekeliruan yang telah diperbuatnya, karena Dialah Pemberi rahmat yang paling baik. Perintah Allah kepada Rasul-Nya seperti tersebut di atas, adalah untuk menjadi contoh yang baik bagi umatnya. Setiap kali mereka berbuat kesalahan, supaya mereka beristigfar, dan setiap mereka berbuat maksiat, supaya cepat-cepat bertobat, jangan sampai kesalahan dan maksiat itu bertumpuk-tumpuk, karena yang demikian itu akan menjadi beban yang berat nanti di hari akhirat.
‘Abaṡan عَبَثًا (al-Mu’minūn/23: 115)
‘Abaṡan adalah bentuk masdar dari ‘abaṡa yang artinya, "tak berarti" dan "sia-sia". Dalam Surah al-Mu’minūn/23:115 Allah bertanya kepada orang kafir apakah mereka mengira bahwa Allah menciptakan mereka dengan sia-sia, tidak ada maksudnya. Itu adalah pertanyaan inkari, yaitu jawabannya adalah "Tidak!" Manusia diciptakan untuk menjalankan kehendak Allah, yaitu berbuat baik. Setelah itu mereka akan mati dan dipanggil menghadap-Nya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

