v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 27 - Surat Al-Muddaṡṡir (Orang Berselimut)
المدّثّر
Ayat 27 / 56 •  Surat 74 / 114 •  Halaman 576 •  Quarter Hizb 58.25 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سَقَرُۗ

Wa mā adrāka mā saqar(a).

Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu?

Makna Surat Al-Muddassir Ayat 27
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

dan tahukah kamu apa neraka Saqar itu?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menggambarkan sifat neraka Saqar. Perkataan wa mā adrā ka (dan tahukah engkau) dalam bahasa Arab menunjukkan besar dan sangat dahsyatnya masalah yang dipertanyakan. Apakah yang engkau ketahui tentang Saqar? Dan pasti tidak seorang pun mengetahuinya dan mencapai hakikatnya kecuali dengan keterangan yang diberikan oleh wahyu.

Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak mengembalikan. Artinya setiap tubuh manusia yang di bakarnya, tidak satu pun yang tersisa dari daging maupun tulang. Kemudian tubuh yang telah hangus itu dikembalikan lagi menjadi baru dan segar, tetapi dibakar lagi sampai hangus untuk kedua kali dan seterusnya. Keterangan seperti itu kita peroleh dari ayat yang lain berbunyi:

كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَ

Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. (an-Nisā’/4: 56)

Isi Kandungan Kosakata

1. Waḥīdan وَحِيْدًا (al-Muddaṡṡir/74: 11)

Kata waḥīd terambil dari kata waḥada-yaḥidu-waḥdan dan waḥdatan yang berarti satu atau awal bilangan. Wāḥid dan waḥīd berarti: esa, tunggal, sendirian, yang tidak ada bandingannya.

Kata waḥīd yang disebutkan dalam ayat 11 Surah al-Muddaṡṡir berarti sendirian, maksudnya bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya hanya sendirian tanpa bantuan siapapun. Kata waḥīd hanya satu kali disebutkan dalam Al-Qur’an.

2. ‘Anīdan عَنِيْدًا (al-Muddaṡṡir/74: 16)

Kata ‘anīd terambil dari kata ‘anada-ya‘nudu/ya‘nidu , yang berarti menyimpang, durhaka, menolak, atau menentang kebenaran dengan sadar, yakni mengetahui kebenaran namun menolaknya. Orang yang bersikap demikian disebut ‘ānid atau mu‘ānid. Akan tetapi, jika sikap tersebut telah menjadi sifat seseorang karena sering melakukannya, maka ia disebut ‘anīd.

Dengan demikian, maka kata ‘anīd dalam ayat 16 Surah al-Muddaṡṡir tersebut di atas dapat diartikan dengan “selalu menentang kebenaran padahal ia telah mengetahuinya”. Kata ‘anīd disebutkan hanya satu kali dalam Al-Qur’an.