v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 9 - Surat Al-Insyiqāq (Terbelah)
الانشقاق
Ayat 9 / 25 •  Surat 84 / 114 •  Halaman 589 •  Quarter Hizb 59.75 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Makkiyah

وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ

Wa yanqalibu ilā ahlihī masrūrā(n).

dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.

Makna Surat Al-Insyiqaq Ayat 9
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan dia akan kembali kepada keluarganya yang sama-sama beriman dengan riang gembira. Segala kecemasan yang mereka rasakan sebelum itu akan sirna. Mereka berbahagia bagaikan pahlawan yang memenangkan peperangan (Lihat: Surah al-Haqqah/69: 1920).

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat-ayat ini diterangkan golongan yang menerima catatan dengan tangan kanannya yang berisi apa-apa yang telah dikerjakannya, maka ia akan dihisab dengan mudah dan ringan. Dipaparkanlah semua perbuatannya yang baik dan yang buruk, kemudian diberi ganjaran atas perbuatannya yang baik dan dimaafkanlah perbuatannya yang buruk.

Dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ بَعْضِ صَلاَتِهِ: اَللّٰهُمَّ حَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيْرًا، فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللّٰهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيْرُ؟ قَالَ: أَنْ يَنْظُرَ فِيْ كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوْقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ تَشُوْكُهُ. (رواه أحمد)

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. berdoa dalam sebagian salat yang dilakukannya, “Wahai Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah”. Ketika Rasul selesai salat, aku berkata: “Wahai Nabi Allah, apakah hisab yang mudah itu? Rasulullah menjawab, “Hisab yang mudah adalah ketika Allah memeriksa catatan amal seseorang, Dia memaafkan. Wahai ‘Aisyah, orang yang diinterogasi pada perhitungan amalnya di hari itu (Hari Kiamat), maka ia celaka. Dan setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, Allah akan mengampuni (dosanya) dengan musibah itu, walau hanya sekedar tertusuk duri.” (Riwayat Aḥmad)

Maksud Rasulullah dengan perhitungan yang mudah ialah dimaafkan segala kesalahannya, sedangkan orang yang diperiksa catatannya dengan teliti adalah orang yang mendapat malapetaka. Barang siapa mendapat perhitungan yang mudah dan ringan, ia akan kembali kepada keluarganya yang mukmin dengan gembira sebagaimana firman Allah:

فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ فَيَقُوْلُ هَاۤؤُمُ اقْرَءُوْا كِتٰبِيَهْۚ ١٩ اِنِّيْ ظَنَنْتُ اَنِّيْ مُلٰقٍ حِسَابِيَهْۚ ٢٠ فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۚ ٢١

Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku.” Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (al-Ḥāqqah/69: 19-21)

Isi Kandungan Kosakata

1. Ḥuqqat حُقَّتْ (al-Insyiqāq/84: 2)

Kata ḥuqqat adalah fi‘il māḍī (kata kerja lampau) dengan mabnī majhūl, dari ḥaqqa-yaḥiqqu-ḥaqqan. Kata ḥaqqa di-mu’annaṡ-kan (difemininkan) menjadi ḥaqqat. Ḥaqqat mabnī majhūl-nya ḥuqqat. Kata al-ḥaqq artinya berhak atau pantas. Dengan demikian, kata ḥuqqat dalam ayat ini, langit diberi hak atau langit itu dibuat pantas untuk patuh dan taat kepada perintah Tuhannya. Menurut penafsiran Ibnu al-Jauzī, ḥuqqat maksudnya memang berhaklah langit untuk mematuhi perintah Tuhannya yang telah menciptakannya. Artinya, memang menjadi kodrat langitlah untuk taat dan berserah diri sepenuhnya kepada perintah Tuhan, yang menciptakan dan mengendalikannya.

2. Kadḥ an كَدْحًا (al-Insyiqāq/84: 6)

Kadḥ adalah isim maṣdar dari kadiḥa-yakdaḥu-kadḥan. Isim fā‘il-nya kādiḥ. Kadḥ pada mulanya berarti “usaha sungguh-sungguh hingga letih dalam melakukan kegiatan”. Menurut az-Zajjāj, secara bahasa, al-kadḥ sama maksudnya dengan as-sa‘yu (berusaha). Manusia dalam bekerja pada dasarnya berusaha dengan sungguh-sungguh, dengan melihat masa yang akan datang baik pendek maupun panjang. Demikian yang dilakukannya hingga berakhir umurnya dengan kematian dan perjumpaan dengan Allah. Atas dasar itulah sehingga ayat ini menyatakan bahwa usaha manusia berlanjut hingga akhirnya ia pasti berjumpa dengan Allah, dan bahwa perjalanan menuju Allah adalah sesuatu yang pasti dan tak dapat dihindari.

3. Ṡubūran ثُبُوْرًا (al-Insyiqāq/84: 11)

Ṡubūr adalah isim maṣdar yang kedudukannya sebagai ḥāl (menerangkan keadaan). Menurut az-Zajjāj, kata ṡubūr dalam penuturan orang Arab sering disamakan dengan ungkapan yā wailah yā ṡubūrah (aduh celaka, aduh celaka), dan hal itu sering dikatakan oleh setiap orang yang jatuh dalam kebinasaan. Setiap orang yang nasibnya buruk di akhirat dan menerima catatannya dari belakangnya, nanti akan berseru (berteriak), ṡabartu ṡubūran, ”celakalah aku”.

4. Yaḥūra يَحُوْرَ (al-Insyiqāq/84: 14)

Kata yaḥūr adalah fi‘il muḍāri‘ (kata kerja berkelanjutan), dari ḥāra-yaḥūru-hūran. Ahli bahasa Arab berkata bahwa kata al-ḥūr secara bahasa artinya kembali (ar-rujū‘). Lan yaḥūra maksudnya tidak lain adalah lan yarji‘a. Ayat ini maksudnya “dia menduga bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali ke akhirat dan tidak pula dibangkitkan. Itu merupakan pandangan orang kafir. Kata yaḥūru maknanya kembali hidup setelah kematian. Yang dimaksud adalah bahwa yang bersangkutan (orang kafir) mengingkari hari kebangkitan. Bagi orang kafir, hidup dan kehidupan hanyalah di dunia, setelah itu semua makhluk hidup akan mati dan habis ditelan masa. Tidak ada yang namanya “kembali”.