v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 86 - Surat Āli ‘Imrān (Keluarga Imran)
اٰل عمرٰن
Ayat 86 / 200 •  Surat 3 / 114 •  Halaman 61 •  Quarter Hizb 6.75 •  Juz 3 •  Manzil 1 • Madaniyah

كَيْفَ يَهْدِى اللّٰهُ قَوْمًا كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ وَشَهِدُوْٓا اَنَّ الرَّسُوْلَ حَقٌّ وَّجَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Kaifa yahdillāhu qauman kafarū ba‘da īmānihim wa syahidū annar-rasūla ḥaqquw wa jā'ahumul-bayyināt(u), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).

Bagaimana (mungkin) Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kufur setelah mereka beriman dan mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

Makna Surat Ali ‘Imran Ayat 86
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Setelah ayat sebelumnya menerangkan sikap penolakan Yahudi terhadap kebenaran Nabi Muhammad dan agama Islam, maka ayat ini menerangkan bahwa sikap tersebut mengakibatkan mereka tidak memperoleh hidayah. Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka melihat bukti-bukti kebenaran yang memungkinkan mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul, Muhammad, itu benar-benar rasul, dan disertai bukti-bukti yang jelas tentang hal itu, telah sampai kepada mereka seperti Al-Qur’an dan kitab-kitab suci lainnya yang menginformasikan tentang kebenaran Muhammad sebagai nabi terakhir? Sungguh, sikap semacam itu adalah wujud kezaliman, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim yaitu orang yang tahu kebenaran tetapi melanggar dan mengingkarinya, bahkan menentangnya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Mengenai sebab turunnya ayat 86 sampai dengan ayat 89 dapat dikemukakan sebuah hadis riwayat Ibnu Jarīr, An-Nasā′ī, al-Ḥākim dan Ibnu Ḥibbān:

Bahwa Ibnu 'Abbas berkata, “Ada seseorang dari golongan Ansar sudah masuk Islam, kemudian ia murtad dan bergabung ke golongan orang musyrik tetapi ia menyesal. Lalu ia minta kepada kaumnya agar ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Bisakah diterima tobat saya?” Maka turunlah (ayat 86) sampai dengan (ayat 89). Kemudian disampaikanlah hal itu kepadanya, maka ia kembali masuk Islam.”

Orang yang kembali menjadi kafir sesudah beriman, Allah tidak akan memberikan jalan untuk mendapatkan petunjuk. Karena, mereka tidak mengakui berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad yang tercantum dalam kitab-kitab mereka. Semula mereka berkeinginan untuk mengikuti Nabi Muhammad apabila mereka diberi umur panjang, dan apabila nabi baru itu diutus dari kalangan mereka. Tetapi setelah ternyata Nabi Muhammad saw datang, dan dia bukanlah dari kalangan mereka, mereka pun mengingkarinya, meskipun kedatangan Nabi Muhammad itu disertai dengan bukti-bukti yang nyata tentang kenabiannya. Orang yang mulanya beriman kemudian kafir kembali, mereka menganiaya diri sendiri, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang menganiaya diri sendiri, karena Allah telah menerangkan bahwa petunjuk kepada jalan yang benar hanya dapat berpengaruh, apabila orang itu bersih jiwanya, sehingga ia dapat menerima bukti-bukti kebenaran dari petunjuk itu. Tetapi kalau orang itu hatinya telah dinodai oleh kezaliman maka ia akan menyeleweng dari jalan yang benar. Oleh sebab itu mereka tidak akan mungkin lagi menerima petunjuk Allah.

Isi Kandungan Kosakata

Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)

Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269).