v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 90 - Surat Āli ‘Imrān (Keluarga Imran)
اٰل عمرٰن
Ayat 90 / 200 •  Surat 3 / 114 •  Halaman 61 •  Quarter Hizb 6.75 •  Juz 3 •  Manzil 1 • Madaniyah

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الضَّاۤلُّوْنَ

Innal-lażīna kafarū ba‘da īmānihim ṡummazdādū kufral lan tuqbala taubatuhum, wa ulā'ika humuḍ-ḍāllūn(a).

Sesungguhnya orang-orang yang kufur setelah beriman, kemudian bertambah kekufurannya, tidak akan diterima tobatnya dan mereka itulah orang-orang sesat.

Makna Surat Ali ‘Imran Ayat 90
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sungguh syarat diterimanya tobat adalah terus menerus dalam keimanan, karena itu, orang-orang yang kafir setelah beriman yaitu setelah melihat bukti-bukti kebenaran, bahkan kemudian bertambah kekafirannya dengan murtad, membuat kerusakan, dan menyakiti orang-orang Islam, maka mereka tidak akan diterima tobatnya, karena tidak mungkin mereka bersikap tulus dan mereka itu adalah orang-orang yang sesat serta semakin jauh dari kebenaran.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Yang dimaksud dengan orang kafir dalam ayat ini ialah Ahli Kitab yang beriman (percaya) akan kedatangan Nabi Muhammad yang tersebut dalam kitab-kitab mereka. Tetapi setelah Nabi Muhammad datang dan diangkat menjadi rasul, mereka kafir, dengan mengingkari, menentang dan memusuhinya. Terhadap orang semacam ini, tobat mereka sekali-kali tidak akan diterima oleh Allah.

Penegasan Allah bahwa tobat mereka tidak akan diterima dalam ayat ini, berbeda dengan penegasan dalam ayat-ayat yang lalu dimana Allah berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَۙ ٢٥ ( الشورى/42: 25-25)

Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya… (asy-Syūrā'/42: 25)

Dalam ayat ini yang dimaksud dengan kafir ialah Ahli Kitab yang sebelumnya telah mengetahui kedatangan Nabi Muhammad saw. Kemudian setelah Nabi Muhammad diutus mereka mengingkarinya. Kekafiran mereka bertambah-tambah dan menjadi-jadi, sehingga tidak mungkin lagi diterima tobat mereka, seperti diterangkan oleh firman Allah:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الضَّاۤلُّوْنَ ٩٠ (اٰل عمران)

….Kemudian bertambah kekafirannya, … (Āli ‘Imrān/3: 90)

Sebenarnya jiwa yang baik ialah jiwa yang mau menyesali perbuatan dosa, kemudian menjauhkan diri dari dosa. Jiwa yang demikian masih bisa diharapkan menerima ampunan. Akan tetapi jiwa yang kotor, yang telah menjadi sarang kemusyrikan dan kekafiran serta dicekam oleh dorongan-dorongan berbuat dosa, yang menyebabkan hatinya terbelenggu untuk melihat cahaya kebenaran, hingga setiap ia ingin bertobat selalu ada yang menghalang-halanginya untuk menerima kebenaran. Jiwa yang serupa ini amat sukar untuk dibersihkan kembali seperti keadaannya semula.

Kemudian ditegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang betul-betul tersesat, karena mereka telah mengingkari kebenaran. Mereka itu telah menempuh jalan yang salah, karena itu mereka tidak akan bahagia. Mereka tidak ada harapan lagi untuk mendapat petunjuk dan tidak akan mendapat pengampunan selama-lamanya.

Isi Kandungan Kosakata

Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)

Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269).