قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Qul in kuntum tuḥibbūnallāha fattabi‘ūnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunūbakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang merasa mencintai Allah, “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-an-Nya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunahsunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.
Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَـا فَهُوَ رُدَّ (رواه البخاري)
“Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak”. (Riwayat al-Bukhārī).
Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.
Tuḥibbūn تُحِبُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 31)
Tuḥibbūn berasal dari kata kerja aḥabba-yuḥibbu yang artinya mencintai, menyukai. Bentuk masdar (kata benda) dari kata ini adalah al-ḥubb dan al-maḥabbah. Cinta adalah prinsip dan dasar perjalanan menuju kepada Allah. Dalam kaitan ini, perjalanan tersebut akan melalui tahapan atau tingkatan-tingkatan sesuai dengan tingkat cinta yang ada pada seorang sālik. Al-Qusyairi mengatakan bahwa cinta manusia kepada Allah itu sebagai “mementingkan kekasih daripada sahabat”, maksudnya adalah mementingkan hal-hal yang diridai kekasih (Allah) dari kepentingan egonya, bila ternyata keinginan egonya bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika demikian, ukuran cinta itu adalah ketaatan kepada Allah, yakni ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam ayat ini Allah memerintah Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi jika mereka benar-benar mencintai Allah hendaklah mereka mengikuti ajaran Nabi Muhammad.

