وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ
Wa iż qālatil-malā'ikatu yā maryama innallāhaṣṭafāki wa ṭahharaki waṣṭafāki ‘alā nisā'il-‘ālamīn(a).
(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa itu).
Usai memaparkan sosok yang merawat Maryam dan keberkahannya, melalui ayat ini Allah menjelaskan sosok Maryam. Dan ingatlah ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu berdasarkan ilmu Allah untuk menjadi ibu dari salah satu rasul-Nya, menyucikanmu dari segala dosa, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh dunia, yakni dengan melahirkan seorang rasul tanpa disentuh seorang lelaki.
Ayat ini kembali menceritakan keluarga Imran, sesudah ayat yang lalu menceritakan hal ihwal keluarga Zakaria yang juga termasuk keluarga Imran. Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, tentang peristiwa yang dialami oleh Maryam ketika dia didatangi oleh Malaikat Jibril (Maryam/19: 19-21). Pembicaraan Jibril dan Maryam di sini bukanlah seperti pembicaraan Jibril dengan nabi-nabi, yang merupakan penyampaian wahyu Allah kepada mereka melainkan sebagai pembicaraan malaikat dengan wali-wali Allah, yang berupa ilham.
Ungkapan rasa syukur Maryam kepada Allah dengan ibadah dan ketaatannya yang tidak putus-putusnya, menambah terpeliharanya kemuliaan dan kesempurnaan diri pribadinya, serta menambah jauhnya dari segala sifat yang tidak baik. Karena itu wajar bila Maryam memperoleh ilham dari Allah melalui Jibril sebagai penghormatan atas dirinya.
Jibril menandaskan bahwa Allah telah memilih Maryam untuk berkhidmat di Baitulmakdis, dan membersihkan dia dari keaiban lahir dan batin, serta menentukannya untuk melahirkan seorang nabi meskipun dia tidak pernah dijamah oleh seorang lelaki. Allah mengistimewakan Maryam atas semua perempuan di masanya. Sabda Rasul saw:
خَيْرُ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ اَرْبَعٌ: مَرْيَمُ وَاٰسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدْ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ (رواه البخاري ومسلم عن هشام بن حاكم)
Perempuan terbaik di dunia ini adalah empat orang: Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir‘aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Hisyām bin Ḥākim)
Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42).

