يٰلَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَۚ
Yā laitahā kānatil-qāḍiyah(ta).
Seandainya saja ia (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu.
Wahai, kiranya kematian yang telah kualami di dunia itulah yang menyudahi segala sesuatu yaitu yang mengakhiri hidupku sehingga tidak perlu mengalami kehidupan seperti ini di akhirat.
Ayat ini seakan-akan memberi pengertian bahwa orang kafir itu tidak mengetahui sedikit pun bahwa akan terjadi hari Kiamat, akan terjadi kehidupan setelah mati, yang waktu itu amal baik dibalas pahala yang berlipat ganda sedang perbuatan jahat dibalas dengan siksa yang pedih. Oleh karena itu, mereka berkata, “Alangkah baiknya seandainya mati yang telah menimpa diriku di dunia dahulu, merupakan akhir seluruh kehidupanku, tidak dibangkitkan lagi seperti sekarang, sehingga aku tidak menemui penderitaan yang berat.”
Tetapi sebenarnya orang kafir itu telah mengetahui dengan yakin selama mereka hidup di dunia akan adanya hari seperti ini. Memang demikianlah sifat-sifat orang kafir yang selalu mengingkari keyakinan mereka.
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧٢
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (al-A‘rāf/7: 172)
Mereka mengharapkan urusan mereka selesai semua dengan kematian, semata-mata karena takut disiksa, bukan karena tidak mengetahui bahwa akan ada hari Kiamat dan hari penghisaban.
1. Ṣallūhu صَلُّوْهُ (al-Ḥāqqah/69: 31)
Ṣallūhu adalah bentuk fi‘il amr (kata perintah) yang artinya: masukkan, pangganglah! Berasal dari fi’il ṣalā-yaṣlā-ṣalyan artinya: memanggang, memasukkan ke dalam api. Ayat 31 yang sangat pendek ini: ṡummal-jaḥīma ṣallūhu (kemudian masukkan dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala) merupakan rangkaian kisah orang kafir di akhirat nanti. Setelah diberi kitab catatan amal perbuatannya dari sebelah kiri, orang kafir merasa sangat kecewa sampai berpikir lebih baik tidak menerimanya, karena isinya memang jelek sekali seperti kejelekan dan keburukan perbuatan mereka di dunia. Tetapi demikianlah kekufuran dan kejahatan perbuatan mereka di dunia dan kini catatan perbuatan buruk itu ternyata juga begitu, dia menyesal sekali, tetapi sudah tidak ada gunanya. Maka Allah memerintahkan kepada malaikat untuk membelenggu leher orang kafir ini dengan rantai besi yang panjang, kemudian memasukkannya ke dalam api yang menyala-nyala yaitu neraka Jahim.
2. Gislīn غِسْلِيْنٌ (al-Ḥāqqah/69: 36)
Gislīn artinya adalah cairan yang mengalir dari daging atau tubuh manusia berupa darah dan nanah. Fi‘il (kata kerja) gasala-yagsilu-gaslan artinya mencuci atau membasuh. Adapun igtasala-yagtasilu-igtisāla n artinya mandi. Al-Gasīl atau al-gasīlah artinya yang dicuci atau yang dibasuh. Pada ayat 36 Surah al-Ḥāqqah/69 ini, Allah menjelaskan keadaan orang kafir setelah dihisab. Karena ketika di dunia, selain tidak beriman kepada Allah, mereka juga tidak melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, termasuk memberi makan orang fakir dan miskin, maka di akhirat, mereka tidak mempunyai seorang teman pun, dan juga tidak mempunyai makanan sedikit pun, kecuali hanya darah dan nanah saja.

