وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ
Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa‘āmil-miskīn(i).
Dia juga tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
Dan juga dia tidak mendorong dirinya dan orang lain untuk memberi makan orang miskin, padahal dia memiliki kemampuan.
Penyebab orang kafir ditimpa azab yang sangat pedih adalah karena selain mempersekutukan Allah, mereka adalah para pemuka dari kaum kafir yang memelopori kekafiran, dan tidak mendorong dirinya dan orang lain untuk memberi makan fakir miskin.
Disebutkan juga dalam ayat ini keharusan memberi makan fakir-miskin setelah beriman kepada Allah. Hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai perbuatan memberi makan fakir-miskin di sisi Allah, sehingga dalam firman-Nya yang lain dinyatakan bahwa orang yang tidak memberi makan fakir-miskin adalah orang yang mendustakan agama.
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ ١ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. (al-Mā‘ūn/107: 1-3)
Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah ialah senang membantu orang-orang fakir-miskin, karena usaha itu merupakan peningkatan dari imannya.
1. Ṣallūhu صَلُّوْهُ (al-Ḥāqqah/69: 31)
Ṣallūhu adalah bentuk fi‘il amr (kata perintah) yang artinya: masukkan, pangganglah! Berasal dari fi’il ṣalā-yaṣlā-ṣalyan artinya: memanggang, memasukkan ke dalam api. Ayat 31 yang sangat pendek ini: ṡummal-jaḥīma ṣallūhu (kemudian masukkan dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala) merupakan rangkaian kisah orang kafir di akhirat nanti. Setelah diberi kitab catatan amal perbuatannya dari sebelah kiri, orang kafir merasa sangat kecewa sampai berpikir lebih baik tidak menerimanya, karena isinya memang jelek sekali seperti kejelekan dan keburukan perbuatan mereka di dunia. Tetapi demikianlah kekufuran dan kejahatan perbuatan mereka di dunia dan kini catatan perbuatan buruk itu ternyata juga begitu, dia menyesal sekali, tetapi sudah tidak ada gunanya. Maka Allah memerintahkan kepada malaikat untuk membelenggu leher orang kafir ini dengan rantai besi yang panjang, kemudian memasukkannya ke dalam api yang menyala-nyala yaitu neraka Jahim.
2. Gislīn غِسْلِيْنٌ (al-Ḥāqqah/69: 36)
Gislīn artinya adalah cairan yang mengalir dari daging atau tubuh manusia berupa darah dan nanah. Fi‘il (kata kerja) gasala-yagsilu-gaslan artinya mencuci atau membasuh. Adapun igtasala-yagtasilu-igtisāla n artinya mandi. Al-Gasīl atau al-gasīlah artinya yang dicuci atau yang dibasuh. Pada ayat 36 Surah al-Ḥāqqah/69 ini, Allah menjelaskan keadaan orang kafir setelah dihisab. Karena ketika di dunia, selain tidak beriman kepada Allah, mereka juga tidak melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, termasuk memberi makan orang fakir dan miskin, maka di akhirat, mereka tidak mempunyai seorang teman pun, dan juga tidak mempunyai makanan sedikit pun, kecuali hanya darah dan nanah saja.

