v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 40 - Surat Al-Ḥāqqah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)
الحاۤقّة
Ayat 40 / 52 •  Surat 69 / 114 •  Halaman 568 •  Quarter Hizb 57.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ

Innahū laqaulu rasūlin karīm(in).

sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.

Makna Surat Al-Haqqah Ayat 40
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sesungguhnya ia, Al-Qur’an, itu benar-benar wahyu yang diturunkan kepada Rasul yang mulia yaitu Nabi Muhammad.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Menurut Muqātil bahwa ayat-ayat ini diturunkan berhubungan dengan sikap para pemuka Quraisy ketika mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, seperti perkataan al-Walīd bin al-Mugīrah bahwa sesungguhnya Muhammad seorang pesihir, perkataan Abū Jahal bahwa Muhammad seorang penyair, dan perkataan ‘Uqbah bahwa Muhammad seorang tukang tenung. Ayat ini membantah perkataan-perkataan itu.

Allah menegaskan kepada orang musyrik Mekah dengan bersumpah dengan makhluk-Nya, baik yang dapat dilihat, diketahui, dan dirasakan dengan pancaindra maupun tidak, bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad itu benar-benar wahyu dari-Nya. Al-Qur’an bukan perkataan Muhammad atau perkataan yang diada-adakan Muhammad kemudian dikatakan sebagai firman Allah.

Dari perkataan bima tubṣirūn (segala yang dapat kamu lihat) dapat dipahami bahwa sebenarnya orang musyrik Mekah seharusnya dapat meyakinkan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad. Hal ini berdasarkan pada pengetahuan yang ada pada mereka, seperti pengetahuan tentang Muhammad, pengetahuan tentang gaya bahasa dan keindahan bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan isi Al-Qur’an itu sendiri. Kemudian dari perkataan “wamā la tubṣirūn” (dan apa yang tidak kamu lihat) dipahami bahwa banyak hal yang tidak diketahui oleh orang musyrik Mekah. Jika mereka mengetahui yang demikian itu, tentu akan dapat menambah keyakinan dan kepercayaan mereka kepada Muhammad.

Isi Kandungan Kosakata

Kāhin كَاهِنٌ (al-Ḥāqqah/69: 42)

Kāhin adalah isim fā‘il (pelaku) dari kahana, yak-hanu/yak-hunu, kahānatan, yang berarti menyebarkan berita masa lalu yang tersembunyi atau menduga sesuatu yang gaib. Al-Kahn merupakan bagian dari aẓ-ẓann (persangkaan). Kata kahana digunakan untuk mereka yang melakukan pendugaan atau persangkaan, sedangkan kata kahuna adalah untuk mereka yang menjadikannya sebagai profesi. Adapun orang yang memberikan informasi masa yang akan datang (prediksi) disebut dengan al-‘arrāf. Sebagian menganggap bahwa antara kāhin dan ‘arraf adalah sama yaitu mereka yang mengaku mengetahui rahasia-rahasia yang tersembunyi pada masa lalu dan kejadian-kejadian yang akan datang seperti pengetahuan terhadap sesuatu yang dicuri, mengetahui orang yang tersesat, dan sebagainya. Pengetahuan mereka pada masa Jahiliah didapat dari informasi yang datang dari jin dan setan yang mencuri berita dari langit (al-Ḥijr/15: 18). Jadi kāhin bisa diartikan dengan tukang tenung, tukang ramal, dukun atau seseorang yang melakukan pekerjaan seperti mereka. Setelah Islam datang, praktik perdukunan dilarang. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang mendatangi ‘arrāf atau kāhin dan membenarkan apa yang dikatakannya maka ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada Abī Qāsim (Muhammad).” Lafal ini hanya terulang dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam ayat ini dan Surah aṭ-Ṭūr/52: 42.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad kepada kaumnya. Bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an bukanlah perkataan seorang penyair yang pandai mengolah kata tanpa melihat benar atau salah sesuatu yang dikandungnya. Al-Qur’an juga bukanlah perkataan tukang tenung atau tukang ramal yang hanya bisa memprediksi dan menduga-duga sesuatu tanpa dasar dan bukti yang jelas sehingga banyak menipu dan mengelabui masyarakat. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah, Tuhan Semesta Alam.