v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 46 - Surat Al-Ḥāqqah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi)
الحاۤقّة
Ayat 46 / 52 •  Surat 69 / 114 •  Halaman 568 •  Quarter Hizb 57.5 •  Juz 29 •  Manzil 7 • Makkiyah

ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَۖ

Ṡumma laqaṭa‘nā minhul-watīn(a).

Kemudian, Kami benar-benar memotong urat nadinya.

Makna Surat Al-Haqqah Ayat 46
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Kemudian yang lebih mengerikan lagi adalah pasti Kami potong pembuluh jantungnya sehingga dia tidak akan hidup sekejap pun.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada kedua ayat ini ditegaskan lagi kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Seandainya Allah ingin melakukan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya, tidak seorang pun yang dapat menghalanginya, sekalipun tindakan itu adalah tindakan yang menentukan hidup-matinya seseorang, seperti tindakan memutuskan urat nadi jantungnya, yang berakibat kematiannya. Demikian pula kepada Muhammad. Seandainya dia berdusta terhadap Allah, tentu Allah akan marah kepadanya dan menghukumnya dengan hukuman mati, yaitu dengan memutus pembuluh darahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya dari melaksanakan hukuman itu.

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Watīn الْوَتِيْنُ (al-Ḥāqqah/69 : 46)

Kata al-Watīn terambil dari kata watana-yatinu-wutūnan atau watinatan. Kata ini memiliki makna urat atau pembuluh yang mengalir pada hati, jika pembuluh itu berhenti mengalir berarti sang pemilik hati telah mati. Kata al-watīn ada juga yang memahaminya dalam arti urat yang berhubungan dengan jantung, ada juga yang menyatakan ia adalah urat nadi yang terdapat di leher seperti yang difirmankan Allah dalam Surah Qāf/50: 16. Dari makna-makna di atas dapat disimpulkan bahwa kata al-watīn adalah sesuatu yang memiliki makna vital bagi kehidupan manusia. Dengan urat atau pembuluh tersebut, manusia bisa hidup atau mati.

Ayat ini bermaksud menyatakan bahwa seandainya Muhammad melakukan kebohongan atau mengada-ada seperti tukang ramal atau tukang tenung, niscaya dia tidak akan bertahan hidup karena Tuhan akan segera menyiksa dan membinasakannya dengan cara memotong urat tali jantungnya. Namun demikian, hal itu tidak akan terjadi karena Muhammad bukanlah seorang kāhin (tukang tenung) atau tukang ramal. Hal ini merupakan bukti bahwa apa yang beliau sampaikan adalah benar-benar wahyu dari Allah.

2. Ḥājizīn حَاجِزِيْنَ (al-Ḥāqqah/69: 47)

Kata ḥājizīn merupakan bentuk jamak dari ḥājiz yang berasal dari kata ḥajaza-yaḥjazu-ḥajzan yang berarti menghalangi/memisahkan antara dua hal, atau sesuatu yang memisahkan antara keduanya. Firman Allah: “wa ja‘ala baina al-baḥraini ḥājizān” berarti “dan Kami jadikan antara kedua laut itu pemisah”. Kota Mekah disebut dengan negeri Ḥijāz karena posisinya yang memisahkan antara kota Syam dan padang pasir (daerah pedalaman). Al-Ḥijāz juga diartikan dengan tali kekang yang menghubungkan pinggang unta ke pergelangannya. Dari beberapa pengertian di atas, lafal al-ḥājiz berkisar pada makna pembatasan, pencegahan, pengekangan, penghalangan, penahanan, dan pemisahan.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Muhammad bukanlah seorang pembohong seperti yang dituduhkan orang-orang kafir. Seandainya dia adalah tukang tenung, maka niscaya Allah akan membinasakannya dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang atau pencegah atas kehendak-Nya. Artinya, jika Allah berkehendak untuk memotong urat jantung Nabi Muhammad sehingga dia tidak akan bertahan hidup, tentu sekali-kali tidak seorang pun yang bisa mencegah atau melarang-Nya.