لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ
Laisa lahum ṭa‘āmun illā min ḍarī‘(in).
Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,
Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, yang rasanya pahit, panas, menjijikkan, dan berbau tidak sedap. Para penghuni neraka itu memakannya, di samping memakan pohon Zaqqum (Lihat: ad-Dukhan/44: 43) dan Gislin (Lihat: al-Marij/70: 36).
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka. Bila mereka meminta air karena haus, maka mereka diberi air bersumber dari mata air yang sangat panas. Bila mereka meminta makan, maka diberi makanan yang jelek, yang tidak ada artinya. Allah berfirman:
وَّلَا طَعَامٌ اِلَّا مِنْ غِسْلِيْنٍۙ ٣٦
Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah. (al-Ḥāqqah/69: 36)
Dan firman Allah:
ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْ نَۙ ٥١ لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ ٥٢
Kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan! pasti akan memakan pohon zaqqūm. (al-Wāqi‘ah/56: 51-52)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
اِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّوْمِۙ ٤٣ طَعَامُ الْاَثِيْمِ ۛ ٤٤
Sungguh pohon zaqqūm itu, makanan bagi orang yang banyak dosa. (ad-Dukhān/44: 43-44)
1. Lāgiyah لَاغِيَة (al-Gāsyiyah/88: 11)
Bentuk isim fā‘il dari fi‘il māḍī “lagā-yalgū-lagwan”. Akar katanya adalah (lām-gain-huruf ‘illat) artinya sesuatu yang tidak berarti. Al-lagwu dikatakan untuk perkataan yang keluar dari seseorang tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Perkataan yang buruk, jelek juga dinamakan “lagw”. Ayat ini menjelaskan bahwa penghuni surga tidak akan mendengarkan sesuatu yang tidak ada artinya seperti bohong, cercaan, mengatakan yang tidak baik kepada orang lain dan lain sebagainya. Semua perkataan mereka mengandung hikmah dan berguna. Kata “lāgiyah” sendiri berbentuk isim nakirah dalam konteks menafikan sesuatu, maka mengandung arti umum yaitu tidak adanya perkataan apapun yang tidak berguna.
2. Zarābiyy زَرَابِيّ (al-Gāsyiyah/88: 16)
Bentuk jamak dari zirbiyyah dan zirbiyy artinya permadani. Al-Farra′ mengartikannya dengan permadani yang mempunyai sabut-sabut yang lembut (ṭanāfis lahā khamlun raqīq). Ayat ini menjelaskan bahwa permadani untuk penghuni surga terhampar dengan jumlah yang banyak. Bentuknya sangat indah dengan sabut-sabut yang halus. Dalam hakikatnya permadani di surga sangat jauh berbeda dengan permadani yang ada di dunia. Semuanya hanya penggambaran saja, disesuaikan dengan daya imajinasi manusia di dunia.

