النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِۙ
An-nāri żātil-waqūd(i).
(yang dikobarkan) api penuh kayu bakar.
Mereka membuat parit yang berapi dan dinyalakan dengan kayu bakar hingga membara untuk membakar kaum beriman.
Dalam ayat-ayat ini diterangkan bahwa Allah telah membinasakan Najran, sebuah kota di Yaman, karena penduduknya telah menyiksa dan membunuh para pengikut Nabi Isa (orang-orang Nasrani) yang meninggalkan agama pembesar-pembesar negeri itu, yaitu agama Yahudi dan memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Isa dengan memasukkan mereka ke dalam parit-parit yang telah mereka gali dan diberi api yang menyala-nyala. Orang-orang kafir negeri itu duduk di sekitar parit-parit itu menyaksikan siksaan yang tidak berperikemanusiaan itu.
Siksaan itu sebenarnya tidak patut mereka lakukan sebab orang-orang itu tidak mempunyai kesalahan yang besar. Mereka menyiksa hanya karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi serta berkuasa atas semua yang ada pada keduanya. Sungguh tidak ada jalan bagi orang yang zalim itu untuk lari dari kekuasaan-Nya.
Bagi orang-orang mukmin siksaan dan pembunuhan ini hanyalah merupakan cobaan dan ujian yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan abadi apabila mereka tetap sabar dengan tetap beriman kepada Allah.
1. Al-Burūj الْبُرُوْج (al-Burūj/85: 1)
Kata al-burūj (dengan alif-lām) disebutkan hanya sekali dalam Al-Qur’an (al-Burūj/85: 1). Namun, kata burūj (tanpa alif-lām) disebutkan tidak kurang dari tiga kali, yaitu dalam Surah an-Nisā/4: 78, dalam arti “benteng,” Surah al-Ḥijr/15: 16 yang artinya “gugusan bintang di langit yang Tuhan jadikan indah bagi yang memandangnya,” dan Surah al-Furqān/25: 61 yang juga berarti “gugusan bintang di langit.” Kata al-burūj adalah bentuk jamak dari kata al-burj yang pada mulanya berarti “sesuatu yang tampak”. Kata ini sering digunakan dalam arti “bangunan besar” seperti benteng atau istana yang tinggi sehingga karena besar dan tingginya, bangunan menjadi tampak dengan jelas. Kebanyakan ulama memahami kata al-burūj di sini dalam arti “gugusan bintang di langit”. Yakni bintang yang tampak di langit dalam bentuk yang beragam dan terbagi atas dua belas macam yang masing-masing disebut “rasi”. Bumi dan benda-benda langit lain akan melewati gugusan-gugusan bintang itu setiap kali berputar mengelilingi matahari. Secara berurutan, nama-nama gugusan bintang yang berjumlah 12 buah itu adalah: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces.
2. Al-Ukhdūd الأُخْدُوْد (al-Burūj/85: 4)
Kata al-ukhdūd adalah bentuk tunggal yang artinya “belahan dalam tanah” atau dalam kata lain “parit”. Bentuk jamaknya adalah akhādid. Para pakar berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan aṣḥābul-ukhdūd. Tidak sedikit ulama menyatakan bahwa mereka adalah sekelompok kaum beriman pemeluk agama Nasrani yang hidup di wilayah Najran, suatu lembah di perbatasan antara Saudi Arabia dan Yaman. Peristiwa itu konon terjadi pada tahun 523 M, pada masa kekuasaan Żū Nuwas. Informasi versi lain menyatakan bahwa mereka adalah penduduk Habasyah (Ethiopia). Siapa pun mereka, yang jelas bahwa penguasa pada waktu itu melakukan penyiksaan dalam bentuk melemparkan mereka ke dalam parit yang berkobar, karena mereka enggan murtad dari keimanan mereka.
Penyiksaan dengan pembakaran memang dikenal pada masa lalu. Nabi Ibrahim misalnya juga pernah dilempar ke dalam kobaran api, tetapi diselamatkan Allah (baca Surah al-Anbiyā’/21: 68-69). Nabi Muhammad melarang penyiksaan dengan api.
Ungkapan aṣḥābul-ukhdūd mencakup semua yang terlibat dalam penyiksaan, mulai dari yang memerintahkan pembuatan parit, yang menggali, menyalakan api, menjerumuskan orang mukmin ke dalamnya, serta pihak yang merestui perbuatan itu. Jadi, kalau merujuk cerita tersebut, al-ukhdūd berarti kubangan yang dibuat untuk menyiksa orang-orang beriman pada masa lalu dengan membakar mereka dalam api yang berkobar.

