v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 88 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 88 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 13 •  Quarter Hizb 2 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ

Wa qālū qulūbunā gulf(un), bal la‘anahumullāhu bikufrihim faqalīlam mā yu'minūn(a).

Mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 88
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan mereka berkata dalam rangka menolak risalah Nabi Muhammad, “Hati kami tertutup karena tidak dapat memahami apa yang engkau sampaikan atau karena hati kami sudah penuh dengan pengetahuan sehingga tidak lagi butuh bimbingan.” Allah menegaskan, “Tidak!” Sebenarnya mereka bukannya tidak dapat memahami dan bukan pula sudah pandai, tetapi mereka berkata demikian karena kedurhakaan yang sudah mendarah daging dalam diri mereka, maka Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi--sekali lagi AlQur'an tidak menyatakan mereka semua ingkar atau kafir--sedikit sekali mereka beriman.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang semasa dengan Muhammad saw membuat pernyataan bahwa hati mereka tertutup terhadap dakwah Muhammad saw. Perkataan mereka ini menunjukkan sikap mental yang mencegah mereka untuk memahami kitab yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Ayat ini searti dengan firman Allah:

وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا فِيْٓ اَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ اِلَيْهِ وَفِيْٓ اٰذَانِنَا وَقْرٌ وَّمِنْۢ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ

Dan mereka berkata, ”Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, …. (Fuṣṣilat/41:5)

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa orang-orang yang mengatakan demikian itu ialah mereka yang hidup pada saat turunnya ayat dan sezaman dengan Muhammad saw. Allah membantah perkataan mereka, karena duduk persoalannya tidaklah seperti yang mereka katakan. Hati mereka itu diciptakan sesuai dengan fitrah, dan diberi bakat untuk menanggapi segala sesuatu yang dapat membuka hati mereka, dan menyampaikan kepada kebenaran, yang semestinya mereka dapat menilai kebenaran Kitab Al-Qur’an. Tetapi karena sikap mereka demikian, maka Allah membiarkan mereka jauh dari rahmat-Nya, karena kekafiran yang bersarang di hati mereka terhadap para nabi yang telah lalu dan pada kitab-kitab yang tidak mereka amalkan ajarannya, bahkan mereka berani mengubah menurut kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian Allah menyebutkan laknat yang patut mereka terima dan alasan penimpaan laknat itu, yaitu agar mereka dapat memahami sebab dan musababnya, dengan disertai penjelasan bahwa Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka. Tetapi semata-mata karena perbuatan mereka yang terus-menerus bergelimang dalam kekufuran dan kemaksiatan yang menyebabkan hati mereka tertutup kekufuran untuk menerima kebenaran.

Kemudian Allah juga menyebutkan bahwa mereka beriman hanya dengan iman yang sekelumit saja. Yang dimaksud dengan iman yang sekelumit ialah iman mereka kepada kitab, hanya sebagiannya saja, sedang sebagian yang lain mereka ubah menurut kehendak hawa nafsu, bahkan mereka enggan mengamalkannya. Atau dengan perkataan lain, mereka tidak mau mengamalkan keseluruhannya, bahkan yang mereka imani hanyalah sebagai ucapan lisan saja, tidak terbukti dalam perbuatan. Karena itu, iman yang terdapat dalam hati mereka tidak mampu untuk mengendalikan kemauan mereka, dan hawa nafsu mereka telah menyeret mereka ke lembah kekafiran.

Isi Kandungan Kosakata

Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُ مْ (al-Baqarah/2: 87)

Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus.