v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 47 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 47 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 7 •  Quarter Hizb 1.5 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ

Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī faḍḍaltukum ‘alal- ‘ālamīn(a).

Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 47
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Pada ayat ini, Allah kembali mengingatkan Bani Israil tentang nikmat-Nya agar lebih mendorong mereka untuk bersyukur. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyang kamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini yang memiliki peradaban maju seperti bangsa Mesir atau penduduk Palestina pada masa itu. Allah memanggil mereka dengan panggilan “Bani Israil” untuk mengingatkan bahwa pada masa nenek moyang merekalah terdapat kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada bangsa ini. Allah mengingatkan mereka agar mensyukuri nikmat itu antara lain dengan mempercayai datangnya Nabi yang telah diberitakan di dalam kitab sucinya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah telah melebihkan Bani Israil dari bangsa-bangsa lain yang pada masa itu telah mempunyai peradaban dan kebudayaan yang tinggi, misalnya bangsa Mesir dan penduduk tanah suci Palestina. Allah kembali memanggil mereka pada permulaan ayat ini dengan menyebut nama nenek moyang mereka “Israil”, ialah Nabi Yakub a.s. karena dialah yang menjadi asal kebangsaan, dan sumber kemuliaan mereka. Nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya dapat dinikmati oleh mereka semuanya.

Kelebihan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka dahulunya adalah karena nenek moyang mereka sangat berpegang teguh kepada sifat-sifat yang mulia, dan menjauhi sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan jelek, karena setiap orang yang mulia dan diutamakan dari orang-orang lain tentu ingin menjaga kehormatan itu, sehingga ia menjauhi sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan yang hina.

Bani Israil yang ada pada masa turunnya ayat ini telah jauh menyimpang dari sifat-sifat mulia yang dipegang teguh oleh nenek moyang mereka. Oleh karena itu, Allah memperingatkan mereka kepada nikmat dan keutamaan yang telah diberikan itu untuk menyadarkan mereka bahwa Allah yang telah memberikan kelebihan kepada mereka tentu berhak pula suatu ketika untuk memberikannya kepada orang lain, misalnya kepada Nabi Muhammad saw, dan umatnya. Bani Israil itu sepatutnya lebih memperhatikan ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Seseorang yang diberi kelebihan sepatutnya lebih dahulu berbuat keutamaan daripada orang lain.

Apabila keutamaan yang diberikan kepada Bani Israil itu disebabkan karena banyaknya para nabi dipilih dari kalangan mereka, maka hal itu tidaklah menjamin bahwa setiap pribadi dari Bani Israil itu lebih utama dari orang yang berada di luar lingkungan mereka. Bahkan ada kemungkinan bahwa orang lain lebih mulia dari mereka apabila mereka sendiri telah meninggalkan sunah dan ajaran-ajaran nabi-nabi mereka. Sementara orang lain menjadikannya petunjuk dan pedoman hidup mereka dengan sebaik-baiknya.

Apabila keutamaan mereka itu disebabkan kedekatan mereka kepada Allah, bahkan mereka pernah menganggap dirinya sebagai sya‘bullāh al-mukhtār, karena mereka dulunya mengikuti syariat-Nya, maka hal itu hanya berlaku pada diri nabi-nabi bersama orang-orang yang menjalankan syariat-syariatnya tanpa menyimpang dari ajaran-ajaran tersebut, dan tetap berjalan pada jalan yang benar, sehingga mereka berhak menerima kelebihan dan keutamaan itu. Tetapi mereka yang sudah meninggalkan ajaran-ajaran para nabi tentu tidak dapat lagi dipandang sebagai “orang-orang yang dekat” kepada Allah.

Isi Kandungan Kosakata

Syafā‘at شَفَاعَةٌ (al-Baqarah/2: 48)

Syafā‘at adalah memberikan bantuan atau meminta seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain di depan Allah. Kata itu secara harfiyah berarti “genap”, yaitu bahwa seorang hamba dalam menghadap Allah untuk memohon penghapusan atau keringanan hukuman atas dosanya bisa dibantu orang lain dengan syarat orang yang diberi bantuan adalah orang yang diberikan izin oleh Allah dan yang memberi syafaat adalah orang-orang yang diridai oleh Allah. Menurut Al-Qur’an yang diberi hak untuk mengajukan permohonan itu hanyalah nabi-nabi, terutama Nabi Muhammad saw. (Saba’/34: 23 dan al-Anbiyā’/21: 28), dan malaikat (an-Najm/53: 26) dan orang-orang saleh. Golongan Mu‘tazilah menolak adanya syafaat itu berdasarkan antara lain al-Baqarah/2:48 yang meniadakan segala bentuk syafaat, sesuai keumuman (nakirah/indefinite) kata syafaat dalam ayat itu, dan bagi orang berdosa besar sesuai surah al-Mu’min/40: 18. Ahlusunah mempercayai adanya syafaat karena adanya beberapa ayat dan hadis yang menyatakan demikian.