v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 37 - Surat Al-Baqarah (Sapi)
البقرة
Ayat 37 / 286 •  Surat 2 / 114 •  Halaman 6 •  Quarter Hizb 1.25 •  Juz 1 •  Manzil 1 • Madaniyah

فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Fatalaqqā ādamu mir rabbihī kalimātin fatāba ‘alaih(i), innahū huwat-tawwābur- raḥīm(u).

Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Makna Surat Al-Baqarah Ayat 37
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Nabi Adam dan Hawa merasakan penyesalan yang sangat dalam atas kejadian yang baru saja berlalu. Keduanya tersadar telah diperdayakan oleh setan. Lalu keduanya meminta ampun kepada Allah. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat, yakni doa penyesalan dan permintaan tobat, sebagaimana tersirat dalam Surah al-A ‘raf/7: 23, dari Tuhannya, kemudian mereka bertobat, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah Adam a.s. dikeluarkan dari surga, dia menerima ilham dari Allah swt yang mengajarkan kepadanya kata-kata untuk bertobat. Lalu Adam bertobat dan memohon ampun kepada Allah dengan menggunakan kata-kata tersebut, yang berbunyi sebagai berikut:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٢٣ (الاعراف)

Keduanya berkata, ”Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (al-A‘rāf/7: 23)

Setelah Adam berdoa memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan kata-kata tersebut, Allah pun menerima tobatnya, dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Adam. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat dan Maha Pengasih. Sebab Allah senantiasa memberikan maaf dan ampunan serta rahmat-Nya kepada orang-orang yang bertobat dari kesalahannya.

Tobat yang diterima Allah adalah tobat yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Menyesali dan meninggalkan segala kesalahan yang telah dilakukan.

2. Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.

3. Mengiringi perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik.

Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:

وَأَتْبِ ِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا (رواه الترمذي عن أبي ذر)

“Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan dosanya”. (Riwayat at-Tirmiżi dari Abī Żarr)

Dalam ayat ini ada dua macam sifat Allah swt yang disebutkan sekaligus, yaitu “Maha Penerima tobat”, dan “Maha Pengasih”. Hal ini merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt akan melimpahkan kepadanya kebajikan dan ampunan-Nya.

Isi Kandungan Kosakata

Syaiṭān شَيْطَانُ (al-Baqarah/2: 36)

Kata syaiṭān berakar dari kata syaṭana yang berarti jauh. Disebut syaiṭān karena jauh dari kebaikan, kebenaran dan perintah Allah. Jadi, setiap yang membangkang kepada Allah swt disebut syaiṭān (setan), baik dari golongan jin atau manusia—sesuai dengan surah al-An‘am/6: 112. Ambisi setan adalah menyesatkan umat manusia sehingga jauh dari kebenaran. Atau kata tersebut terambil dari kata syāṭa-yasyīṭu artinya terbakar dalam kemarahan. Syaiṭān mempunyai sifat demikian karena ia tercipta dari api (al-A‘rāf/7: 12). Di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa di antara tingkah laku keji setan adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, menakut-nakuti akan kefakiran dan menyuruh melakukan kejahatan, menakut-nakuti agar tidak berbuat kebenaran, menipu manusia dengan kata-kata indah, mengelabui manusia sehingga kejahatan dan maksiat terlihat baik di matanya, menimbulkan kebencian dan permusuhan sesama manusia, membuat manusia lupa dari mengingat Allah, dan lain-lain. Karena itu, kita diperintahkan mewaspadai bisikan-bisikan setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan-godaannya. Di dalam surah al-A‘rāf/7: 27 dijelaskan bahwa setan dari golongan jin tidak terlihat oleh kita sementara mereka melihat kita. Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu waspada terhadap tipu daya dan godaan setan.