وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ نِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۖ
Wal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti lanubawwi'annahum minal-jannati gurafan tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, ni‘ma ajrul-‘āmilīn(a).
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh benar-benar akan Kami tempatkan mereka pada tempat tinggal yang mulia di dalam surga. Mengalir di bawahnya sungai-sungai (dan) mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal (saleh).
Allah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang beriman. Dan orang-orang yang beriman dan senantiasa mengerjakan kebajikan dengan mematuhi perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sungguh mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan penuh kenikmatan. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan semata karena Allah.
Ayat ini menerangkan ganjaran yang akan diperoleh orang-orang yang beriman kepada Allah, karena telah hijrah untuk kepentingan agama-Nya. Mereka melepaskan diri dari orang-orang yang menyekutukan Allah dan berani menanggung segala resiko akibat dari hijrah itu.
Janji Allah itu ialah memberi ganjaran orang-orang yang beriman dan beramal saleh surga yang penuh kenikmatan. Di dalamnya terdapat taman-taman yang indah dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Mereka kekal di dalam surga itu selama-lamanya.
Mengenai gambaran surga itu, diterangkan oleh hadis Nabi saw, di mana beliau bersabda:
اِنَّ اَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْن َ اَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنَ اْلاُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ اَوِالْمَغْرِب ِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوْ: يَارَسُوْلَ اللّٰهِ تِلْكَ مَنَازِلُ اْلاَنْبِيَاءِ لاَيَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ. قَالَ: بَلَى وَالَّذِيْ نَفْسِى بِيَدِهِ رِجَالٌ اَمَنُوْا بِاللّٰهِ وَصَدَّقُوا اْلمُرْسَلِيْن َ. (رواه مسلم عن سهل بن سعد)
“Sesungguhnya penghuni surga saling melihat penghuni tempat yang tinggi di atas mereka, seperti kamu melihat bintang-bintang gemerlapan yang lewat di ufuk, baik dari timur maupun dari barat, karena perbedaan derajat yang ada pada mereka.” Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, itu adalah tempat-tempat para nabi, manusia yang lain tidak akan sampai ke sana.” Rasulullah menjawab, “Bisa saja, demi Allah yang jiwaku berada di tangan- Nya, itu adalah tempat-tempat yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul.” (Riwayat Muslim dari Sahl bin Sa’d)
Dalam hadis yang lain Nabi bersabda:
اِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَغُرَفًا يُرَى ظُهُوْرُهَا مِنْ بُطُوْنِهَا بُطُوْنُهَا مِنْ ظُهُوْرِهَا. فَقَامَ اِلَيْهِ اَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَارَسُوْلَ اللّٰهِ؟ قَالَ: لِمَنْ اَطَابَ الْكَلاَم َوَاَطْعَمَ الطَّعَامَ وَاَدَامَ الصِّياَمَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِالَّليْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ. (رواه الترمذي عن على بن ابي طالب)
“Sesungguhnya di dalam surga ada tempat-tempat yang tinggi, di belakangnya dapat dilihat tembus dari hadapannya dan hadapannya dapat dilihat tembus dari belakangnya.” Lalu seseorang Arab Badui berdiri dan bertanya, “Untuk siapa tempat-tempat itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Tempat-tempat itu untuk orang-orang yang baik perkataannya, memberi makan (orang miskin), selalu berpuasa dan salat karena Allah di malam hari sedang orang lain tidur.” (Riwayat at-Tirmiżī dari ‘Ali bin Abī Ṭālib)
Demikianlah surga yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, bersabar, dan bertawakal kepada-Nya.
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah berjanji akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang beriman. Janji Allah itu dikuatkan dengan kalimat sumpah. Hal ini adalah untuk menenteramkan hati kaum Muslimin, agar langkah mereka mantap dalam menempuh jalan yang lurus dan sulit, seperti hijrah dan sebagainya.
żā’iqah al-Maut ذَائِقَةُ الْمَوْت (Al-’Ankabūt/29: 57)
Kata żā’iqah al-maut yang artinya “merasakan mati,” dalam Al-Qur’an diulang tidak kurang dari tiga kali, yaitu dalam surah Āli ‘Imrān/3: 185; surah al-Anbiyā’/21: 35, dan dalam ayat ini. Pengulangan kata tersebut sampai tiga kali dalam Al-Qur’an dimaksudkan untuk menunjukkan penjelasan penting bahwa setiap makhluk yang berjiwa pastilah merasakan mati. Hal ini berarti bahwa tidak ada satu makhluk yang bernyawa pun yang terlepas dari merasakan mati. Kematian yang dialami setiap yang bernyawa, menurut informasi hadis Nabi Muhammad, menimbulkan rasa sakit. Tingkat kesakitan yang timbul sangat tergantung pada tingkat kesalehan masing-masing manusia. Ada yang proses kematiannya mudah walaupun tetap sakit, sehingga Nabi Muhammad pun merasakan sakitnya mati. Ada pula yang proses kematiannya sulit dan sakit, terkait dengan akhlaknya yang buruk sewaktu menjalani hidup di dunia.

