v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 16 - Surat Al-A‘lā (Yang Maha Tinggi)
الاعلى
Ayat 16 / 19 •  Surat 87 / 114 •  Halaman 592 •  Quarter Hizb 60 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Makkiyah

بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ

Bal tu'ṡirūnal-ḥayātad-dun-yā.

Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia,

Makna Surat Al-A‘la Ayat 16
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sedangkan kamu, wahai kebanyakan manusia, lebih memilih kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. Kalian melalaikan hal-hal yang menjamin kebahagiaanmu di akhirat dan terlena dengan gemerlap dunia.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang kafir lebih mengutamakan kesenangan di dunia daripada kesenangan di akhirat. Padahal, semestinya mereka memilih kesenangan akhirat, sesuai dengan yang dikehendaki oleh agama Allah. Kesenangan akhirat itu lebih baik dan kekal abadi, sedangkan kesenangan di dunia akan lenyap diliputi oleh kekotoran dan kesedihan. Meskipun begitu, secara umum manusia perlu seimbang dalam usaha dan mengatur porsi waktu untuk kepentingan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْن َ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (al-Qaṡaṡ/28: 77)

Isi Kandungan Kosakata

1. Tu'ṡirūna تُؤْثِرُوْنَ (al-A‘lā/87: 16)

Kata tu'ṡirūna bentuk muḍāri‘ dari fi‘il māḍī āṡara. Kata jadiannya adalah īṡār yang artinya memilihkan untuk orang lain atau mengutamakannya daripada dirinya. Kata āṡar artinya bekas dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Kata aṡar juga untuk menunjukkan arti keutamaan (faḍl). Sedangkan kata īṡār mengandung arti memberikan keutamaan (tafaḍḍul). Jadi kata tu′ṡirūnal-ḥayātad-d un-yā artinya kamu memberikan keutamaan kepada hal duniawi daripada kehidupan ukhrawi.

2. Ṡuḥufi Ibrāhīma wa Mūsā صُحُفِ اِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى (al-A‘lā/87: 19)

Ṡaḥīfah, jamak ṡaḥā'if dan ṡuḥuf, berarti kitab, muka atau permukaan, halaman (buku), lembaran, atau gulungan. Kitab zaman dahulu berbentuk lembaran atau gulungan yang mungkin dibuat dari kulit binatang, daun papirus, atau lempengan seperti batu, tulang binatang, dan sebagainya. Ayat di atas menerangkan mengenai kitab-kitab yang ada pada Nabi Ibrahim dan Musa. Mungkin saja kitab-kitab itu dalam bentuk lembaran atau gulungan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aḥmad bin Ḥanbal disebutkan:

أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فِيْ أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ وَاْلإِنْجِيْل ُ لِثَلاَثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ. (رواه أحمد عن واثلة بن الأسقع)

Suhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadan, Taurat pada enam Ramadan, Injil pada tiga belas Ramadan, dan Al-Furqan (Al-Qur’an) diturunkan pada dua puluh empat Ramadan. (Riwayat Aḥmad dari Wāṡilah bin al-Asqa‘)

Abdullah Yusuf Ali menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan bahwa tidak ada kitab Nabi Ibrahim yang sampai ke tangan kita. Akan tetapi, Perjanjian Lama mengakui bahwa Ibrahim seorang nabi (Kejadian xx.7). Ada sebuah kitab dalam bahasa Yunani yang telah diterjemahkan oleh H.G. Box berjudul Testament of Abraham (diterbitkan oleh Society for the Promotion of Christian Knowledge, London, 1927). Rupanya buku ini sebuah terjemahan bahasa Yunani dari bahasa Ibrani. Teks bahasa Yunani itu barangkali ditulis di Mesir pada abad kedua Masehi, tetapi dalam bentuknya yang sekarang, mungkin hanya dari abad ke-9 atau 10. Kitab ini cukup populer di kalangan umat Kristiani. Kaum Yahudi Midrash juga barangkali mengacu pada suatu testament Ibrahim.

Suhuf Musa yang disebut dalam ayat ini, tentu yang dimaksud adalah Taurat, ialah wahyu yang asli disampaikan kepada Nabi Musa, yang merupakan Pentateuch yang sekarang, yaitu sebuah peninggalan yang sudah diperbaiki dan masih ada.

Injil yang sekarang tidak dapat dikatakan kitab-kitab yang “tertua”. Juga tidak dapat disebut kitab-kitab Yesus karena bukan dia penulisnya, tetapi kitab tentang dia dan ditulis jauh setelah ia wafat.

Pada dasarnya Al-Qur’an menghormati kedua kitab suci itu. Sebagaimana yang tidak eksklusif, Islam mengakui kedua kitab suci itu, kendati diakui juga ada perbedaan mendasar antara Al-Qur’an dengan Alkitab (Bibel).

Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa keberuntungan orang yang menyucikan diri, mengagungkan nama Tuhan, dan melaksanakan salat, serta ketidaksukaan manusia pada dunia, jelas terdapat dalam suhuf Ibrahim yang sepuluh. Juga terdapat dalam suhuf Musa yang sepuluh, selain Taurat. Kedua kitab suci ini berisi ajaran-ajaran moral. Para mufasir mengutip beberapa hadis sekitar suhuf Ibrahim ini. Di antaranya dikatakan bahwa Allah menurunkan 104 kitab, sepuluh suhuf kepada Adam, Kepada Syeṡ lima puluh, kepada Idris tiga puluh, kepada Ibrahim sepuluh, kepada Musa sebelum Taurat sepuluh, dan menurunkan Taurat, Injil, dan Furqan. Di samping itu, masih banyak hadis yang dikutip sekitar ayat penutup surah ini. Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa ketika Abū Żarr menanyakan kepada Rasulullah tentang sisa kitab Ibrahim dan Musa, apakah ada yang diturunkan kepada beliau, Nabi menjawab, “Ya.” Lalu Abū Żarr disuruh membaca enam ayat terakhir surah al-A‘lā ini. Akan tetapi, Zuhaili menutup uraiannya dengan kata-kata: “hanya Allah yang tahu tentang kebenaran hadis ini.”

Kesimpulannya adalah semua isi Al-Qur’an berupa tauhid, kenabian, janji dan peringatan, juga diperkuat oleh kitab-kitab para nabi sebelumnya.